Saturday 22 November 2014

Berlomba Membangun Masjid Megah Tapi Tak Berpenghuni

(Pict by Merdeka.com)

Gresik, 22 November 2014. Semoga tulisan di pagi ini bisa menggambarkan sedikit tentang kondisi masyarakat kita saat ini berdasarkan kacamata seorang awam dan masih minim ilmu ini. Pagi ini, alhamdulillah udara pagi kota Gresik dapat dihirup dengan bebas, dapat merasakan dinginnya air yang menyusup ke pori-pori kulit, dapat merasakan semua hal yang biasa dilakukan di pagi hari. Bagaimana dengan Anda? Jika Anda menemui dan sedang membaca tulisan ini, itu artinya, kita semua masih diberikan nikmat hidup oleh Allah. Bagaimana dengan besok? 1 jam yang akan datang? 5 menit yang akan datang? Adakah yang menjamin kita masih diberikan nikmat hidup? Hanya Allah lah yang tahu.

Kembali ke kondisi pagi hari ini, seperti biasa sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk bertemu dan bercengkerama dengan Tuhan yang telah menciptakan kita setidaknya lima kali dalam hitungan 24 jam.

Saya menulis ini secara spontan, melihat apa yang terjadi di masyarakat dewasa ini. Mohon dikoreksi jika salah. Berikut beberapa hal yang cukup membuat hati ini ingin menangis, kenapa? Saya tidak perlu menjawabnya, silakan masing-masing individu yang menjawab dari lubuk hati kita sebagai seorang muslim
  • Negeri kita merupakan penduduk muslim terbesar, namun di tempat kerja kita, berapa banyak seorang muslim yang tidak dapat menunaikan ibadah shalat tepat waktu? Atau bahkan lalai akan shalatnya.
  • Negeri kita merupakan penduduk muslim terbesar, namun di tempat kita, berapa banyak seorang muslim yang tak mampu pergi ke masjid untuk menunaikan shalat berjamaah? Terlebih lagi di kala Shubuh.
  • Negeri kita memiliki banyak masjid yang megah nan agung, tapi berapa banyak yang shaf dalam shalat yang bisa lebih dari 2 shaf?
  • Negeri kita merupakan penduduk muslim terbesar, namun berapa banyak dari kita yang hatinya tak terpaut dengan masjid dan Al-qur'an?
  • Negeri kita merupakan penduduk muslim terbesar, namun berapa banyak dari kita yang tak mampu membaca lembaran mushaf Al-quran, terlebih lagi memahaminya.
  • Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Fenomenaa inilah yang akhirnya membuat seorang yang awam ini mencari tahu tentang beberapa hadits yang menerangkan masalah ini, terutama tentang masjid, antara lain:

"Dari Anas (ia berkata), telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak akan tegak hari kiamat sampai manusia bermegah-megah dalam membangun masjid-masjidnya." (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud No: 449)

"Dari Ibnu Abbas, ia berkata, telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku tidak diperintah untuk memegahkan masjid-masjid. Ibnu Abbas berkata, niscaya kalian bermegah-megah terhadapnya sebagaimana bermegah-megahnya Yahudi dan Nashara." (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud No: 448)

Dua hadits di atas menunjukkan kepada kita akan kemukjizatan Nabi Muhammad SAW bahwa ucapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pasti benar dan pasti akan terjadi. Saat ini kita dapati kaum muslimin saling berlomba-lomba untuk membuat masjidnya terlihat megah. Meskipun tidak ada larangan yang jelas mengenai hal ini, namun hadits di atas sudah cukup jelas bagi kita untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak disukai, yaitu menyerupai Yahudi dan Nashara.

Meskipun kebanyakan dari kita beralasan dengan dibuat megahnya masjid-masjid akan menambah khusyuk dan semangat dalam beribadah, akan tetapi tentunya kita dapat membedakan antara perbuatan yang sia-sia dengan perbuatan yang bermanfaat.

Dari kejadian yang terjadi saat ini merupakan salah satu tanda-tanda bahwa kiamat sudah dekat. Sebagai pengingat pribadi khususnya, dan mencoba untuk mengajak kepada siapapun muslim yang membaca tulisan ini, marilah kita tingkatkan iman dan ketaqwaan kita. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk senantiasa melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya dan turut serta diberikan kekuatan untuk memikirkan permasalahan sosial yang ada di lingkungan terdekat kita.

Terakhir, saya ingin berbagi tulisan dari Ust. Jafar Salih

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Buktinya banyak orang kaya raya tidak sanggup mengerjakannya.
Jangankan sehari lima waktu, bahkan seminggu sekali pun terlupa.
Tidak jarang pula seumur hidup tidak pernah singgah ke sana.

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Karena orang pintarpun sering tidak mampu menemukannya. Walaupun mereka mampu mencari ilmu hingga kuliah di Universitas Eropa atau Amerika, dapat melangkahkan kaki ke Jepang dan Korea, dengan semangat yang membara. Namun ke masjid tetap saja perjalanan yang tidak mampu mereka tempuh walau telah bertitel S3.

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Karena para pemuda kuat dan bertubuh sehat yang mampu menaklukkan puncak gunung Bromo dan Merapi pun sering mengeluh ketika diajak ke masjid. Alasan mereka pun beragam, ada yang berkata sebentar lagi, ada yang berucap tidak nyaman dicap alim.

Perjalanan terjauh dan terberat adalah perjalanan ke masjid.
Maka berbahagialah dirimu bila dari kecil engkau telah terbiasa melangkahkan kaki di masjid.
Karena bagi kami, sejauh manapun engkau melangkahkan kaki, tidak ada perjalanan yang paling kami banggakan selain perjalananmu ke masjid.

Biar kuberi tahu rahasia kepadamu, sejatinya perjalananmu ke masjid adalah perjalanan untuk menjumpai Rabb-mu. Dan itulah perjalanan yang diajarkan oleh Nabi, serta perjalanan yang akan membedakanmu dengan orang-orang yang lupa akan Rabb-nya.

Perjalanan terjauh dan terberat itu adalah perjalanan ke masjid.
Maka lakukanlah walau engkau harus merangkak dalam gelap shubuh demi mengenal Rabb-mu.

---

Semoga kita dimatikan oleh Allah dalam keadaan Islam dan khusnul khatimah, terlebih semoga kita mati dalam keadaan sedang bersujud (menunaikan shalat dan berbuat kebaikan), jangan sampai sebaliknya, mati dalam keadaan kufur berada di tempat yang tidak semestinya. Naudzubillah tsumma naudzubillah.

Tuesday 18 November 2014

Because You Want to Love Them in a Right Way

(Pict by: Google.com)

One young man went to apply for a managerial position in a big company. He passed the initial interview, and now would meet the director for the final interview.

The director discovered from his CV that the youth's academic achievements were excellent. He asked, "Did you obtain any scholarships in school?" the youth answered "no".
"Was it your father who paid for your school fees?"
"My father passed away when I was one year old, it was my mother who paid for my school fees.” he replied.

"Where did your mother work?"
"My mother worked as clothes cleaner.”
The director requested the youth to show his hands. The youth showed a pair of hands that were smooth and perfect.

"Have you ever helped your mother wash the clothes before?"
"Never, my mother always wanted me to study and read more books. Besides, my mother can wash clothes faster than me.
The director said, "I have a request. When you go home today, go and clean your mother's hands, and then see me tomorrow morning.

The youth felt that his chance of landing the job was high. When he went back home, he asked his mother to let him clean her hands. His mother felt strange, happy but with mixed feelings, she showed her hands to her son.

The youth cleaned his mother's hands slowly. His tear fell as he did that. It was the first time he noticed that his mother's hands were so wrinkled, and there were so many bruises in her hands. Some bruises were so painful that his mother winced when he touched it. This was the first time the youth realized that it was this pair of hands that washed the clothes everyday to enable him to pay the school fees. The bruises in the mother's hands were the price that the mother had to pay for his education, his school activities and his future.

After cleaning his mother hands, the youth quietly washed all the remaining clothes for his mother. That night, mother and son talked for a very long time.

Next morning, the youth went to the director's office.
The Director noticed the tears in the youth's eyes, when he asked: "Can you tell me what have you done and learned yesterday in your house?"
The youth answered, "I cleaned my mother's hand, and also finished cleaning all the remaining clothes"
"I know now what appreciation is. Without my mother, I would not be who I am today. By helping my mother, only now do I realize how difficult and tough it is to get something done on your own. And I have come to appreciate the importance and value of helping one’s family."

The director said, "This is what I am looking for in a manager. I want to recruit a person who can appreciate the help of others, a person who knows the sufferings of others to get things done, and a person who would not put money as his only goal in life.”
“You are hired.”

A child, who has been protected and habitually given whatever he wanted, would develop an "entitlement mentality" and would always put himself first. He would be ignorant of his parent's efforts. If we are this kind of protective parents, are we really showing love or are we destroying our children instead?

You can let your child live in a big house, eat a good meal, learn piano, watch on a big screen TV. But when you are cutting grass, please let them experience it. After a meal, let them wash their plates and bowls together with their brothers and sisters. It is not because you do not have money to hire a maid, but it is because you want to love them in a right way. You want them to understand, no matter how rich their parents are, one day their hair will grow gray, same as the mother of that young person. The most important thing is your child learns how to appreciate the effort and experience the difficulty and learns the ability to work with others to get things done.


Sumber: Twitter
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya. 

Sekaya dan Sesukses Apapun Lo Kelak, Lo Gak Bakal Bisa Ngebeli Moment

(Pict by: Google.com)

"Sekaya dan sesukses apapun lo kelak, lo gak bakal bisa ngebeli moment"

Teringat kalimat ini setelah melihat beragam dokumentasi dan foto-foto yang ada selama ini. Memory bersama keluarga, almarhumah Ummi, KSE, Imawangi, HIPMI, dunia kampus dan semua hal yang telah dilalui. Ya, semua satu persatu hanya akan jadi kenangan, semua akan berubah dinamis mengikuti perputaran waktu yang terus berubah. Semua akan hilang dan berubah, hingga akhirnya perubahan itu sendiri yang tak akan pernah berubah.

Buat siapa saja, manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, lakukan yang terbaik apa yang bisa kalian lakukan hari ini. Jangan sampai kalian menyesal di kemudian hari. Kita tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi ke depannya. Kapan orang-orang yang kita cintai akan dipanggil pulang oleh-Nya, kapan nikmat sehat dan waktu luang ini tak lagi menyapa kita. Kapan kita tak lagi dapat berkumpul dengan organisasi kita, dengan kepanitiaan kita, dengan amanah kita saat ini, semuanya akan hilang dan berakhir satu per satu.

Jadi, mulailah berpikir akan apa yang sedang kita lalui saat ini. Apakah kita sudah memberikan yang terbaik atau tidak dalam setiap kesempatan? Manfaatkan semua yang ada dengan baik! ‪#‎selfreminder

Manfaatkanlah masa senggangmu, sebelum datang masa sibukmu..
Manfaatkanlah masa kayamu, sebelum datang masa miskinmu..
Manfaatkanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu..
Manfaatkan masa sehatmu, sebelum datang masa sakitmu, dan
Manfaatkan masa hidupmu, sebelum datang masa matimu..

Thursday 24 July 2014

5 Success Factors

(Pict by anneahira.com)

Yuk bagi siapa saja, ini ada notes yang saya buat untuk memotivasi teman-teman calon mahasiswa baru melalui media @seputarkampus maupun media lainnya. Ada 5 KUNCI SUKSES yang insyaAllah jika ini diamalkan dan diterapkan maka akan mendapatkan HASIL TERBAIK versinya ALLAH SWT, yaitu:
  1. NIAT yang tulus dan benar
  2. IKHTIAR yang sungguh-sungguh dan 'mentok'. Jadi terus mencoba dengan usaha dan cara yang maksimal. Kalau gagal? Mencoba lagi!
  3. BERDO'A yang ikhlas dan penuh dengan harap
  4. Perbanyak SEDEKAH
  5. TAWAKAL dengan menyerahkan semua keputusan kepada Tuhan Semesta Alam. Apapun ketetapan-Nya, ya itulah HASIL TERBAIK yang diberikan oleh-Nya. Kalaupun ada yang beranggapan hasilnya masih kurang baik/buruk. Ya, itulah hasil yang terbaik dari kemungkinan terburuk. Jadi, tetap qana'ah atas setiap takdir yang diberikan kepada kita.
InsyaAllah, 5 hal tersebut bisa diaplikasikan dalam situasi dan kondisi apapun. Semoga ada manfaatnya

#‎ManJaddaWajada‬ ‪#‎ManShabaraZhafira‬
"Man jadda wajada saja tidak cukup untuk mengarungi lautan hidup, perlu ada kalimat sakti lain, yaitu man shabara zhafira, siapa yang bersabar maka ia akan beruntung".

Wednesday 23 July 2014

Realize Value of Time

(Pict by: timeanddate.com)

To realize the value of ONE YEAR, ask a student who failed a grade.

To realize the value of ONE MONTH, ask a mother who gave birth to a premature baby.

To realize the value of ONE WEEK, ask the editor of a weekly newspaper.

To realize the value of ONE DAY, ask the person who was born on February 29th.

To realize the value of ONE HOUR, ask the lovers who are waiting to meet.

To realize the value of ONE MINUTE, ask a person who missed the train.

To realize the value of ONE SECOND, ask a person who just avoided an accident.

To realize the value of MILLISECOND, ask the person who won a silver medal in the Olympics.


Sumber: Twitter
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.

Sunday 13 July 2014

Jangan Mendahului Takdir Allah SWT


(Pict by: waspada.co.id)

Dalam proses dan penyelenggaraan pesta demokrasi (Pemilu) yang paling utama gak boleh ngedahuluin takdir Allah Sang Penguasa Jagad Raya lho. Buat siapapun calonnya, klaim menang di quick count boleh, tapi jangan berlebihan (Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan, apalagi sudah memastikan diri). Masih ingat, Rasul aja pernah ditegur langsung oleh Allah karena saat ada sahabat yang bertanya kepada beliau, beliau langsung menjawab, "besok datang kembali ke sini untuk mengetahui jawabannya". Tapi, ternyata hingga beberapa hari, jawaban dari Allah tak kunjung datang. Dan, Allah SWT pun menegur beliau "Jangan sekali-kali memberikan kepastian tanpa menyebutkan InsyaAllah". *koreksi kalau redaksinya kurang tepat). Yang perlu diingat oleh kita semua, Allah gampang aja tuh mengubah takdir seseorang karena banyak faktor, bisa karena ujub ataupun takabbur. Bisa saja dari sample 2000 TPS-nya ternyata salah sample kan bisa, kenapa salah sample? Karena bisa saja kan ngambil sample di daerah A yang memang banyak didominasi oleh pendukung tersebut. Namanya kerjaannya manusia kan bisa atau bahkan sering salah dan lupa. Kalau Allah udah bilang Kun Faayakun, maka kalau pun seluruh penghuni langit dan bumi bersatu menolaknya, maka gak akan bisa. Prefer, sebagai negarawan yang baik, alangkah lebih elegant dan terhormatnya kalau menunggu hasil akhir (real count). Ingat ini buat siapapun itu!

Nah, emang yang kritis dan mau bersuara gak banyak. Tapi ini amanah rakyat..
Semoga siapapun yang jadi PRESIDEN-nya, kita mendapatkan pemimpin dari cara yang JUJUR dan berintegritas yang akhirnya terpilih sosok pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab demi kesejahteraan sebanyak-banyaknya rakyat dan segenap warga negara.

Ingat! Setelah terpilih BUKAN pesta yang menunggu kalian para pemimpin, tapi amanah dari lebih dari 240 JUTA PENDUDUK INDONESIA. Mungkin, boleh jadi kalian mengabaikan amanah rakyat di dunia, bisa memperjual-belikan keadilan di pengadilan, tapi ingat kehidupan dunia hanya sementara, nanti akan ada pertanggung-jawaban dan LPJ kepada Allah SWT dan Allah adalah SEADIL-ADILnya HAKIM.

Amin amin yaa Rabbal 'alamin..
Allohualam bisshowab..

Salam,
Hamba Allah yang penuh harap agar mendapatkan pemimpin yang AMANAH!

Perlakukan Bulan Istimewa dengan Istimewa


Tepat hari pertama bulan Ramadhan 1435H, saya menghadiri acara Milad Daarut Tauhiid Jakarta yang ke-15 di Masjid Istiqlal Jakarta. Suasana yang terasa sekali dengan nuansa Islam membuat hati ini terasa merinding terlebih ketika mendengar lantunan shalawat dan gema takbir dan juga momentum menyambut bulan suci Ramadhan hari yang pertama.

Pada acara tersebut, hadir banyak Kiai, 'Ulama, hingga tokoh nasional yang membaur jadi satu dalam acara tersebut salah satunya sang tuan rumah, KH. Abdullah Gymnastiar, Ustadz Bachtiar, dan banyak tokoh lainnya. Dalam kesempatan tersebut, banyak acara yang dilakukan, salah satunya adalah tausyiah singkat yang disajikan oleh Aa Gym. Di sini, saya akan share beberapa point penting yang disampaikan pada saat itu.

Aa Gym menyampaikan, alhamdulillah, umur kita telah disampaikan oleh Allah SWT dengan bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh kemulian, yaitu bulan suci Ramadhan. Oleh karena bulan ini merupakan bulan yang istmewa, kita sebagai hamba Allah juga harus melakukan sesuatunya dengan istimewa. Maksudnya? Ketika kita melakukan suatu kebaikan, lalukanlah dengan cara dan perlakuan yang istimewa. Ada beberapa hal yang saya kutip dari apa yang disampaikan beliau terkait bagaimana kita menyikapi bulan istimewa dan mulia ini dengan perlakuan yang istimewa, yaitu:
  1. Jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan perlombaan dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Ya, Aa Gym menggambarkan bahwa jika kita melakukan sesuatu dengan berkompetisi atau berlomba, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Sebagai contoh, ketika kita berlari dengan lomba berlari, cepat mana? Ketika kita makan kerupuk dengan lomba makan kerupuk, lebih cepat mana? Pasti akan lebih cepat ketika kita ikut dalam suatu perlombaan. Oleh karenanya, jika sikap ini dapat diterapkan dalam hal ibadah dan muamalah, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Aa Gym mencontohkan, jika kita hendak menyumbangkan baju bekas kepada seseorang/komunitas yang membutuhkan, bisa saja, setelah kita pakai langsung diberikan. Namun, alangkah lebih baiknya jika baju tersebut kita cuci terlebih dahulu, kita seterika, kita kasih parfum, dan diberikan plastik agar terlihat rapi, pasti hasilnya akan jauh lebih baik sehingga siapa saja yang akan menerimanya akan merasa lebih senang. Dan, banyak lagi contoh lainnya.
  2. Berbuat amal kebaikan tidak perlu banyak berpikir. Ya, dalam hal berbuat baik, beramal, bersedekah atau dalam bentuk kebaikan lainnya, kita tidak perlu banyak mikir. Langsung saja action! Ya, percayalah bahwa apa yang kita kerjakan pasti dilihat oleh Allah dan pasti akan mendapatkan ganjarannya meskipun hanya sebesar biji dzarrah pun kebaikan yang kita lakukan. Sebagai contoh, misal kita saat ke kamar mandi atau di manapun berada melihat kecoa yang terlentang (Hewan yang akan mati jika posisi terlentang). Yuk, langsung bantu kecoa itu agar bisa berdiri lagi atau membalik badannya lagi. Saat kita berada di jalan dan ada kucing yang kelihatan lapar, kita bisa membelikan makanan untuk diberikan kepada kucing tersebut. Kedua contoh kondisi tersebut merupakan peluang rezeki/amal yang diberikan Allah kepada kita. Kenapa demikian? Karena pasti tidak setiap hari kan kita melihat kecoa telungkup/terlentang? Atau melihat kucing yang sangat lemas karena sangat lapar atau haus. Makanya, bantu! Hal lainnya, bisa dengan memindahkan atau meminggirkan sesuatu apapun yang ada di jalan yang dapat menghalangi pengguna jalan. Meskipun tidak ada seorang pun yang melihat, tapi yakinlah Allah melihatnya.
  3. Bulan momentum putus harapan kepada manusia. Ya, saat kita melakukan kebaikan apapun, niatkanlah setulus mungkin hanya mengharap ridlo Allah SWT. Kalau kita hanya mengharap penghargaan dari sesama makhluk, tidak akan ada artinya. Ketika kita berbuat baik, tapi orang lain menganggap kita salah atau tidak menghargai kita, tidak apa-apa. Toh, niat kita berbuat baik karena mengharap rahmat dan ridlo Allah. Tapi, kalau kita semata-mata hanya mengharap penghargaan dari manusia, maka jika mereka tidak menghargai kita, bisa jadi kita akan marah, jengkel, atau enggan melakukan pekerjaan itu lagi. So, yuk saatnya memutus pengharapan kita kepada manusia, cukup gantungkan semuanya kepada Allah Yang Maha Menciptakan kerajaan langit dan bumi.
  4. 'm remembering things :D *agak lupa point terakhirnya*

Belajar dari Merawat Ayam


(Terharu) Lihat adek ngerawat anak ayam mulai dari kecil hingga segede ini. Ayam warna-warni yang sekitar empat bulan lalu dibeli dengan harga Rp10.000 sebanyak 2 ekor ini, kini sudah jadi ayam 'dewasa'. Inilah bedanya ayam potong yang dalam tiga minggu aja udah gede dibandingkan dengan ayam potong yang sama, tapi tanpa obat-obatan, tanpa suplemen, jadinya udah kayak ayam kampung. Kenapa terharu? Karena merawat ayam itu gak gampang lho, apalagi barusan lihat sendiri, si adek yang baru duduk di kelas 5 SD tiap pagi dan sore ngasih makan dan ngeluar masukin ayam dari kandang.

Barusan ditanya,
"Dek, lah waktu ayamnya masih kecil gimana? Apa gak mati kedinginan?"

"Oh, sama adek ditaruh di kardus mas, dikasih penghangat kain", jawabnya dengan yakin.

Tetiba dalam hati.. #Subhanallah

Mungkin ada yang beranggapan, lah biasa aja pelihara ayam. Eits, jangan salah, banyak pelajaran berharga lho dari memelihara ayam mulai dari anakan sampe dewasa. Contoh juga kenapa memelihara binatang penting, karena kita menghargai, merawat, dan melindungi ciptaan Alloh. Berdasarkan pengetahuan yang saya dapat, hampir semua Nabi itu pernah mengembala binatang ternak lho (koreksi jika saya salah). Pun juga demikian dengan mengembala banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik hikmahnya, mulai dari melatih kerja keras, kemauan, mengayomi, hingga yang terberat melatih kesabaran.

Aakhirnya, semoga saya khususnya maupun kita semua dapat mengambil hikmahnya.

Kalibaru, 12 Juli 2014

Sunday 29 June 2014

Tarhib Ramadhan #KulTwit Ustadz Hilman Rosyad


Alhamdulillah, kita diperkenankan oleh Allah SWT untuk berjumpa kembali dengan bulan mulia dan penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Semoga Ramadhan kali ini tidak berlalu bergitu saja karena kita tidak tahu akankah kita diperkenankan bertemu dengan Ramadhan tahun depan atau tidak. Oleh karenanya, agar Ramadhan kita berkualitas perlu adanya persiapan dan bekal yang cukup. Berikut saya lampirkan informasi tentang Tarhib Ramadhan melalui KulTwit dari Ustadz Hilman Rosyad (dengan penyesuaian bahasa seperlunya). Semoga bermanfaat dan selamat menunaikan ibadah puasa. #MarhabanYaaRamadhan

  1. Ramadhan bulan berkah, bulan ibadah, bulan maghfiroh, bulan pelipatgandaan pahala, bulan tarbiyah. Benarkah?
  2. Ramadhan menjadi tidak bermakna apa-apa bila banyak makan saat malam hari, senda gurau, main mulu, main petasan, tidur siang hari.
  3. Gagal ramadhan disebabkan kita tidak miliki visi-misi yang benar seperti yg disunnahkan.
  4. Visi Ramadhan adalah “persedikit makan/minum dan perbanyak ibadah. Setuju?
  5. Hanya dengan sedikit makan dan banyak ibadah seluruh keutamaan Ramadhan akan tercapai dan kita berhak medapat ampunan.
  6. Misi Ramadhan ada 10 poin. Pengen tahu?
  7. Misi pertama: ta’khirussahur (mengakhirkan sahur). Sahur? Bukan makan malam atau sarapan, sahur adalah terjaga di 1/3 akhir malam.
  8. Sabda Rasul shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Bangunlah pada waktu sahur karena waktu sahur itu penuh berkah”.
  9. Pastikan setiap hari pada Ramadhan kita terjaga di waktu sahur untuk meraih berkah tidak sekadar makan/minum.
  10. Misi kedua, menyegerakan berbuka. Rasul bersabda: “Ummatku senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa”.
  11. Sunnah bersegera berbuka sepertinya pasti dilaksanakan semua orang, tetapi tahukan cara buka Rasulullah? Pasti tahu kan?
  12. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam selalu berbuka dengan kurma 3 butir lalu minum air kemudian shalat Maghrib. Setelah Maghrib? Beliau menanti shalat Isya'.
  13. Rasul berbuka tidak seperti kita berbuka; kurma, kolak, bakwan, dan teh manis. Setelah Maghrib, kita santap nasi dengan berbagai lauk pauknya.
  14. Seringkali kita jadikan antara Maghrib dan Shubuh sebagai ajang makan/minum semata. Jelas ini tidak sesuai Sunnah Rasul.
  15. Cara berbuka Rasul mensunnahkan kita untuk “memelihara” suasana lapar siang hari karena puasa pada malam hari.
  16. Islam agama yang tidak merusak apalagi membinasakan human being kita, Islam agama mudah dan memudahkan.
  17. Sunnah berlapar-lapar pada malam hari dibarengi kehalalan makan minum (seperlunya) agar kita tetap sehat dan kuat ibadah.
  18. Ingat visi ‪#Ramadhan‬: persedikit makan dan perbanyak ibadah. Setuju?
  19. Misi ketiga; qiyamullail. QL adalah rangkaian shalat sunnah 2 rakaat demi 2 rakaat antara Isya' dan Shubuh dengan sekali witir.
  20. QL yang benar tidak dilihat dari jumlah rakaat 8 atau 20, tetapi seberapa lama qiyam, ruku, dan sujud serta kekhusyuannya.
  21. Seluruh hadist tentang QL Rasulullah hanya menjelaskan bahwa QL beliau itu berlama-lama saat qiyam, ruku', dan sujud serta betapa khusyu’.
  22. Jumlah rakaat berapapun bukan masalah penting, yang penting adalah sifat QL Rasulullah bisa kita laksanakan; lama dan khusyu. Mau?
  23. Berlebihan dan berkenyang-kenyangan saat berbuka puasa sangat mengganggu kekhusyu’an dan kesanggupan berlama-lama qiyamullail.
  24. Pilihan QL sangat banyak, silakan maksimalkan di rentang 9 jam antara Isya'-Shubuh di setiap malamnya.
  25. QL bisa di awal, tengah atau akhir malam, boleh berjamaah atau munfarid, yang penting sekali witir sebelum tidur atau menjelang Shubuh.
  26. Pastikan setiap malam Ramadhan kita berqiyamullail karena QL adalah kembaran puasa. Puasa di siang dan QL malam harinya. Selamat mencoba!
  27. Misi keempat; tilawatul Qur'an. Ramadhan bulan Qur'an! Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersama Jibril as selalu menkhatam Qur'an berkali-kali setiap Ramadhan.
  28. Yang penting baca! Belum lancar baca Qur'an segera belajar sekarang juga! Yang sudah lancar, maka perbanyaklah bacaannya min 1juz/hari.
  29. Jangan tergoda dengan; “ah yang penting faham bukan baca Qur'an!” Ketahuilah! Baca adalah tuntutan dan faham adalah tuntutan yang lain.
  30. Jadikanlah hari-hari dan malam-malam Ramadhan sebagai har dan malam yang disenandungkan Qur'an dengan ikhlas plus benar dan baik bacaannya.
  31. Sekali lagi membaca Qur'an ibadah dan memahaminya pun ibadah. Jangan salah satu mengabaikan yang lain, amalkan keduanya.
  32. Misi kelima: dzikir dan do’a. Dzikir adalah simbol dekatnya hamba kepad sang Kholiq. Do’a simbol “connecting” antara keduanya.
  33. Kedekatan harus mewujud sikap hamba selalu harap dan takut kepada Allah dan sifat Allah yang rahman terhadap hambanya, itulah hakekat dzikir.
  34. Keterhubungan adalah ketika hamba yang faqir selalu memohon kepada Allah yang maha kaya melalui do’a tulus nan ikhlas.
  35. Waktu do’a terbaik pada saat Ramadhan adalah saat jelang berbuka, tetapi sebagian kita saat tersebut justeru sibuk dengan hidangan berbuka!
  36. Berdo’alah untuk diri, pasangan, keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia di setiap jelang buka sepanjang bulan Ramadhan.
  37. Kerja keras, cerdas, dan ikhlas yang diawali perencanaan matang serta diikuti evaluasi akurat menjadi sempurna dengan do’a.
  38. Misi keenam; zakat, infaq, shadaqoh, dan waqaf. Semuanya simbol berbagi dengan sesama. Sejatinya Ramadhan adalah bulan peduli dan berbagi!
  39. Ramadhan tidak boleh menurunkan produktifitas! Ia mendongkraknya, Ramadhan yang bervisi-misi mmbuat siapapun hidup dengan efektifitas tinggi.
  40. Sepanjang Ramadhan acktivitas sekunder dan tersier pasti jarang dan sulit dilakukan karena fokus pada amaliyah Ramadhan. Kita jadi hemat!
  41. Hemat terhadap hal-hal sekunder dan tersier, sengaja makan sedikit, fokus ibadah menjadikan rekening masih penuh, dompetpun masih tebal.
  42. Maka shadaqoh dan wujud kepedulian serta kedermawanan lain menjadi mudah dibuktikan orang bervisi-misi Ramadhan yang benar sesuai sunnah Rasul.
  43. Misi ketujuh; perbanyak amal sholih dan ibadah sunnah lainnya. Yang dimaksud dengan ‘lainnya’ adalah selain ibadah pada misi 1 s.d 6.
  44. Tholabul ilmi dengan membaca buku islami, simak acara TV, radio, internet, dan social media yang berkonten islami, hadir di majelis ilmu.
  45. Memastikan kehadiran diri pada shalat berjamaah, berbakti kepada orang tua, jadi panitia Ramadhan dan amal shalih lainnya harus optimal.
  46. Misi kedelapan; meninggalkan hal-hal mubah yang tidak bermanfaat. Ramadhan saatnya kita serius, giat, sungguh-sungguhm dan unjuk prestasi! Bukan santai!
  47. Permainan monopoli, ular tangga, gaple, congklak, PS, petasan, dan ngabuburit jauh lebih dominan dibanding amaliah Ramadhan.
  48. Konten acara TV yang tidak berakhlaq penuh dengan lawak yang mengeksploitasi fisik bukan dialog cerdas menambah daftar ketidakbermanfaatan.
  49. Kerja produktif, unjuk prestasi, ulet, gigih, smart, sungguh-sungguh; memberi faidah kepad yang lain adalah keharusan sepanjang Ramadhan.
  50. Misi kesembilan; iktikaf. Definisinya adalah hadir di masjid dengan niat taqorrub dan ibadah kepada Allah SWT.
  51. Iktikaf harus di masjid jami’ yang buat Jumatan. Semakin besar maka semakin afdol. Makanya masjidil Haram Mekah paling afdol untuk beriktikaf.
  52. Iktikaf sangat terbatas pada ruang dan tidak terbatas pada waktu. Karena sunnah iktikaf sepanjang tahun, terutama Ramadhan.
  53. Sunnah iktikaf pada Ramadhan adalah di setiap harinya. Tetapi yang paling afdol adalah di 10 hari terakhir siang dan malamnya.
  54. Perempuan yang iktikaf harus memperhatikan hal-hal berikut seperti suci, di masjid yang ada fasilitas iktikaf untuk muslimah dan tidak meninggalkan kewajiban utama.
  55. Di tengah kesibukan beraktifitas sempatkan sesering mungkin hadir di masjid meskipun sering keluar masuk yang penting jaga niat.
  56. Dengan iktikaf, jadikanlah masjid sebagai tempat favorit untuk dikunjungi dan berbuatlah yang sesuai dengan kesucian masjid bila berada di dalamnya.
  57. Misi ke-10; mencari Lailatul Qodar (LQ). Bila kita pada LQ terjaga dan melaksanakan ibadah, maka berpahala setara dengan ibadah siang malam selama 1000 bulan.
  58. Kapankah LQ itu? LQ diperkirakan di malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan. Propabilitasnya malam 21, 23, 25, 27, dan 29.
  59. Terdapat pula riwayat bahwa LQ itu malam-malam ganjil pada 5 hari terakhir Ramadhan, maka propabilitasnya malam 25, 27, dan 29.
  60. Bahkan beberapa sahabat, seperti Ubay bin Ka’ab, meyakini; “sepertinya” LQ itu malam 27 setiap Ramadhan.
  61. Bagi yang amat sibuk carilah LQ pada 3 malam ganjil terakhir (25, 27, dan 29) dan bagi muslim “seperlunya” pastikan malam 27 mantengin nyari LQ.
  62. Urgensi LQ lebih pada dimensi waktu yaitu ‘lailat’ atau ’malam’. Berbeda dengan iktikaf yang lebih pada dimensi ruang (masjid).
  63. Berarti siapapun dan di manapun ia berada bisa mencari LQ pada waktu yang diperkirakan yaitu malam-malam ganjil di 10 malam terakhir.
  64. Bagaimana mencari LQ itu? Gampang banget! Cuma terjaga sepanjang malam yang diperkirakan s.d fajar sambil terus beribadah apa saja yang bisa dan mungkin.
  65. Bagi yang mau mengoreksi, menambahkan atau istifsar (bertanya lebih lanjut) sangat dipersilakan dan mohon maaf bila terdapat hal yang tidak berkenan.

Tuesday 20 May 2014

Aisyah dan Maisyah


Materi ini diambil dari buku “Aisyah & Maisyah: Persiapan Keuangan Menuju Pelaminan” terbitan GIP. (Dishare melalui akun Twitter Mas Ahmad Gozali, Pakar perencanaan keuangan Syar’i)
*dengan bahasa (diksi) yang sedikit disesuaikan oleh @fachriyaqub

***

Aisyah adalah istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling sering dibahas dalam sejarah. Aisyah adalah icon istri idaman para lelaki bujangan. Sementara, maisyah artinya sumber nafkah, api pembakar tungku di dapur, bensin penggerak mesin rumah tangga, perannya kecil tetapi penting.

Aisyah dan maisyah merupakan dua hal yang menjadi faktor tarik-ulur para pemuda di penghujung masa lajangnya. “Aisyah sih sudah ada, tapi maisyahnya belum siap.” Begitu kilah para pemuda ketika ditanya oleh Ustadznya untuk segera menikah. Maka setelah lulus kuliah, para pemudi sudah pasang signYes, I’m ready!” Tapi sayang, para pemuda masih duduk bimbang di pojok masjid.

Pemuda jomblo: “Cari Aisyah dulu apa maisyah dulu ya... pusing ah.”

Coba perhatikan perbincangan di kalangan jomblo saat menghadiri akad nikah atau resepsi pernikahan, di antara para pemuda dan pemudi berbeda topik bahasannya. Para pemudi colek pengantin, tanya bagaimana perasaannya, kenal di mana, dan sebagainya. Sementara, pemuda colek pengantin dan tanya “Abis biaya berapa lu?”

Di sinilah para pemuda harus diluruskan pemahamannya. Mereka menunda menikah hanya karena alasan belum ada biaya untuk resepsi yang mahal. Wahai para pemuda, ketahuilah bahwa semahal-mahalnya biaya resepsi, masih bisa nego, juga masih bisa patungan. Tapi semurah-murahnya biaya hidup setelah menikah, itu tanggungjawabmu sendiri sebagai suami!

Saya ulangi: “Semahal apapun biaya resepsi, bisa nego dan patungan. Tapi semurah apapun biaya hidup, harus dari kantong sendiri”. Maka benahi prioritasmu, mengusahakan maisyah bukan untuk biaya resepsi, tetapi untuk biaya hidup mandiri sesudah menikah. Jadi kalau nabung abis-abisan buat pesta besar lalu kemudian setelah itu numpang sama mertua, itu namanya TER.. LA.. LU..!! Tunda pernikahan dengan alasan belum punya dana buat resepsi, tapi malah ngabisin duit buat pacaran sana sini, itu namanya TER.. LA.. LU..!!

Tapi bagaimana kalau emang buat biaya hidup saja sepertinya belum cukup? Silakan baca Al-Qur'an surat ke 24 ayat 32 bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman "Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.“ (24:32).

Hanya dengan menikah saja, Allah berikan rezeki.. apalagi kalau setelah menikah menjadi tambah tanggung jawab, tambah semangat berusaha.

Tapi bagaimana kalau calon mertua yang minta pesta pernikahan seperti ini itu? | Statusnya masih camer kan? Kalau gak sanggup, berarti gak jodoh! Simple! Lulus kuliah alasannya belum kerja, sudah kerja alasannya belum karyawan tetap. Sudah diangkat, ada lagi alasan ini itu lainnya.

Nunggu mapan baru nikah? Apa nikah agar menjadi mapan?
Belum punya rumah, belum punya kendaraan, belum punya gaji tinggi. Itu cuma alasan! Yang benar adalah belum punya nyali!

Kalau Anda menunggu mapan agar bisa menarik hati wanita agar mau dinikahi, kira-kira apa ya alasannya dia mau? Istilah Sakinah-Mawaddah-Warahmah: Damai-Cinta-Kasih ini adalah tangga urutan tiada kasih tanpa cinta dan tiada cinta tanpa damai. Sakinah-Mawaddah-Warahmah itu hadir setelah menikah. Sakinah itu artinya damai, tenang, mapan. Artinya mapan baru hadir setelah menikah.

Jadi, mantapkan niat, ubah prioritas keuangan untuk hidup setelah menikah bukan untuk resepsi mewah.



“Maisyah udah ada, tapi Aisyah belum ketemu.” Itu juga alasan. Yang benar adalah belum ketemu nyali untuk mencari Aisyah". Untuk para pemuda, jangan tunggu mapan. Yang penting berpenghasilan dan sanggup bertanggungjawab menafkahi istri. Sementara untuk para pemudi, jangan tunggu pemuda tampan berkuda putih menjemputmu. Siapkan diri juga secara finansial. Siap start dari NOL!

Oke, niat sudah mantap. Aisyah sudah siap, maisyah sedang dijemput.

Pada bahasan selanjutnya akan dibahas mengenai Ta'aruf  & Seleksi (tetap dari kacamata keuangan ya!)

Boleh gak sih pertimbangkan harta dari calon suami/istri? Boleh saja, tapi jangan jadikan sebagai pertimbangan utama ya. Ingat rumus:
Agama = 1
Fisik = 0
Keturunan = 0
Harta = 0, dan
lain-lain nilainya 0 juga.
Coba urutkan kriteria tersebut untuk dapat nilai yang tinggi.

Kalo kriterianya: Ganteng+Baik Hati+Darah Biru+Kaya Raya+Agama OK, maka nilainya 00001. Alias 1 saja. Coba kriterianya diubah, Agamanya OK+Cantik/Ganteng+Pinter+Keturunan Baik-Baik+Kaya Raya, nilainya 10000. Maka, makin banyak 0 makin bagus!
Oke dilanjut, seleksi sudah clear ya.. pakai rumus 1+0+0+0...

Sekarang kita bahas ta'aruf alias “perkenalan”.
Ingat pepatah bilang, “Tak kenal, maka ta’aruf” sehingga ini menjadi tahap yang penting juga lho.

Apa yang perlu dikenal dari calon pasangan? Intinya sih penghasilan, gaya hidup, hutang,... Tapi bagaimana cara tanya yang elegan?

Banyak pemudi yang ragu kalau harus tanya “Emang gajimu berapa?”. Tak sedikit pula pemuda yang tidak mau terbuka kecuali ditanya.

Pertanyaan cewe matre kayak gini: “Mo ngasi makan apa lo berani ngelamar?” | Tapi kalau cewe solehah begini: “Jelaskan, bagaimana caramu membawa makanan halal dalam rumah kita?”

Luruskan niat, tanya penghasilan bukan karena matre. Tapi, minta kepastian bahwa hanya lelaki bertanggungjawab yang boleh menikahimu. Luruskan niat, cerita tentang maisyah bukan karena sombong, melainkan untuk meyakinkan calonmu bahwa hanya harta halal yang akan dibawa pulang ke rumah.

“Malu mau jujur kasih tahu, gajiku kan kecil, nanti ditolak...” Ada yang beralasan begini?
Jika Anda ditolak karena dianggap penghasilannya kecil, berbahagialah karena Anda telah diselamatkan dari bahaya yang sangat besar. Bayangkan seperti apa jadinya rumah tangga yang kelak dibangun jika Anda mengaku berpenghasilan besar agar diterima mertua. Sungguh bahaya yang sangat besar menanti di depan jika kondisinya demikian.

Jangan bandingkan fasilitas calon suami (yang baru beberapa bulan/tahun kerja) dengan fasilitas orang tua di rumah (yang sudah puluhan tahun). Maka wajar kalau harus ngontrak di rumah dalam gang becek, gak ada ojek. Start bersama dari 0 itu lebih nikmat, jadi kenangan sampe tua.

JANGAN NILAI CALONMU DARI PENGHASILANNYA SEKARANG. TAPI NILAILAH IA DARI POTENSINYA DI MASA YANG AKAN DATANG.

Menunda pernikahan karena masalah keuangan akan membuat Anda terjerumus pada masalah keuangan yang lebih besar di masa depan. Masuk usia pensiun, anak masih belum lepas nafkah, melahirkan anak di usia lebih dari 35 tahun berisiko tinggi, dan asuransi menjadi lebih mahal serta kondisi atau permasalahan lainnya yang mungkin muncul.

So, ayo para pemuda dan pemudi mulai sekarang atur ulang prioritasmu dan niatkan semua yang akan dijalani ini semata-mata untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Friday 16 May 2014

Satu Jam Ekstra!

Para pekerja di Jakarta dan sekitarnya rela menambah waktu kerja mereka beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam di malam hari, sekadar untuk pergi dan pulang kerja. Jutaan orang melakukan ini dan tanpa disadari telah berlangsung cukup lama. Mereka terpaksa melakukannya karena harus tiba di tempat kerja tepat waktu - di tengah kemacetan jalan yang terus memburuk. Seandainya saja mereka dengan sukarela mau meluangkan waktu satu jam ekstra di waktu yang lain bisa jadi hasilnya akan jauh berbeda.

Satu jam ekstra ini adalah waktu sahur untuk menunaikan shalat malam, waktu terbaik untuk berdoa dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bila kita rela membuang waktu kita beberapa jam setiap hari di jalan raya, mengapa kita tidak melakukannya secara sukarela menggunakan satu jam saja di waktu sahur untuk bangun, sholat, dan berdoa? Satu jam untuk shalat malam adalah waktu yang cukup untuk bisa menikmati rakaat demi rakaat dan sujud menghadap Sang Maha Pencipta di shalat malam kita. Waktu yang cukup untuk mengungkapkan segala kegalauan hati kita kepada-Nya, memohon pertolongan, dan solusi atas segala permasalahan hidup kita.

Pada umumnya, kita rela bangun lebih pagi dan pulang lebih malam untuk bisa memenuhi disiplin kerja kita di kantor dengan imbalan gaji bulanan dan bonus bagi kita serta karir untuk masa depan kita. Tetapi, kantor kita bisa saja tidak mampu memenuhi janji tersebut – tergantung kondisi perusahaan atau instansi tempat kita bekerja.

Di sisi lain, ada yang menjanjikan satu jam ekstra kita dengan janji yang pasti dipenuhi dan bukan hanya janji untuk kepentingan dunia saja melainkan juga hingga kepentingan akhirat kita – jaminan karir dunia akhirat! Karena yang berjanji adalah Dia Yang Maha Menepati Janji. Janji ini dikabarkan antara lain melalui hadits berikut: "Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam." (HR. Muslim)

Dalam sejarah, banyak bukti nyata yang menunjukkan telah dipenuhi janji-Nya kepada orang-orang yang secara konsisten melakukan shalat malam. Salahuddin Al-Ayyubi berani berangkat menaklukkan (kembali) Jerusalem dan berhasil – setelah dia mendapati pasukannya melakukan shalat malam di tenda-tendanya. Muhammad Al-Fatih tidak pernah meninggalkan shalat malamnya sejak dia baligh, sekitar separuh dari pasukannya-pun melakukan hal yang sama. Hasilnya adalah penaklukkan Konstantinopel dengan strategi perang yang tidak terbayangkan sebelumnya – bahkan sulit terulang untuk zaman modern ini sekalipun.

Kini, kita memang tidak sedang berperang secara fisik melawan siapapun, namun justru kondisi inilah yang membuat kita ‘kalah’ dalam berbagai ‘medan peperangan’ yang bersifat sistematis dan terselubung. Kita sedang ‘kalah’ dalam peperangan pemikiran dan budaya sehingga sebagian besar dari kita harus bekerja dengan irama yang membuat kita sulit untuk dapat menunaikan shalat lima waktu dengan khusyu’ dan tepat waktu. Bagaimana bisa shalat tepat waktu dengan khusyu’ bila waktu adzan Maghrib dan Isya’ masih di tengah kemacetan lalu lintas?

Kita ‘kalah’ dengan sistem kapitalisme ribawi yang mendominasi perekonomian kita sehingga untuk urusan jaminan sosial dan jaminan kesehatan para pekerja – mereka dipaksa secara hukum untuk menerima yang riba. Kita ‘kalah’ dalam perang ekonomi di mana sekitar separuh penduduk negeri ini berdaya beli kurang dari US$ 2 per hari. Padahal, kondisi ini baru sekitar 1/5 dari standar nishab zakat 40 ekor domba!

Ironisnya, kita juga ‘kalah’ dalam sistem demokrasi – yang seharusnya kita bisa dan mampu untuk memang, namun umat muslim yang banyak di negeri ini tidak dapat berbuat banyak bahkan demokrasi ini telah menjadi tragedi yang memecah belah umat menjadi banyak golongan. Umat bukan hanya dipecah antar partai, bahkan dalam satu partai-pun para pendukung caleg A bisa berpecah dengan pendukung caleg B. Jamaah shalat di masjid-masjid-pun menjadi kaku hubungan antar sesamanya di musim pemilu karena sebagian mendukung partai A dan sebagian yang lain Golput atau mendukung partai lain.

Dalam skala pribadi-pun kita lebih banyak ‘kalah’ dengan sistem yang ada ketika kita berusaha membangun usaha yang bebas riba, riswah, dan sejenisnya. Kita sering ‘kalah’ ketika berusaha membangun lingkungan kerja yang bersih dari apa-apa yang tidak diridloi-Nya. Maka banyak sekali ‘peperangan-peperangan’ yang masih harus kita menangkan, sedangkan kita amatlah lemah kecuali bila kita bisa menghadirkan pertolongan-Nya. Shalat malam adalah salah satu jalan yang dapat kita tempuh untuk menghadirkan pertolongan-Nya dalam setiap kesulitan dan jalan buntu yang kita temui.

Perencanaan kita terbatas dan usaha kita pun sulit untuk mencapai maksimal, maka hanya dengan kehadiran dan pertolonganNya-lah yang bisa menyempurnakan segala usaha kita. Bila untuk ini diperlukan 1 jam ekstra di waktu sahur, apakah terlalu berat? Apakah terlalu berat untuk membiasakan bangun dan shalat malam sekitar pukul tiga dini hari untuk satu jam saja, sedangkan kita punya begitu banyak waktu tidur di jam-jam yang lain? Kita bisa tidur dalam perjalanan pergi dan pulang kantor selama berjam-jam. Kita bisa juga membiasakan tidur satu jam lebih awal dari biasanya agar nanti bisa bangun pukul tiga dan dengan berbagai cara lain yang bisa kita tempuh untuk mendapatkan waktu satu jam ekstra yang amat sangat berharga tersebut.

Tidak hanya berharga untuk kehidupan kita di dunia, tetapi juga yang lebih utama tentu untuk kehidupan kita di waktu yang tidak terbatas – yaitu di akhirat kelak. Shalat malam kitalah yang insyaAllah bisa membuat Allah tersenyum. “Ketahuilah, sesungguhnya Allah tersenyum terhadap dua orang laki-laki: Seseorang yang bangun pada malam yang dingin dari ranjang dan selimutnya, lalu ia berwudhu’ dan melakukan shalat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada para Malaikat-Nya, 'Apa yang mendorong hamba-Ku melakukan ini?' Mereka menjawab, 'Wahai Rabb kami, ia melakukan ini karena mengharap apa yang ada di sisi-Mu dan takut dari apa yang ada di sisi-Mu pula.' Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku telah memberikan kepadanya apa yang ia harapkan dan memberikan rasa aman dari apa yang ia takutkan.” (HR. Ahmad).

Dari Nu’aim bin Hammar: “Bahwasannya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: “Syuhadaa’ apa yang paling utama?”. Beliau shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Orang yang apabila masuk di barisan perang/jihad, maka mereka akan memfokuskan wajah-wajah mereka hingga terbunuh. Mereka itulah orang-orang yang pergi menempati kamar-kamar di surga yang tinggi. Rabb mereka tersenyum kepada mereka. Dan apabila Rabb mu tersenyum kepada seorang hamba di dunia, maka ia kelak tidak akan dihisab.” (HR. Ahmad).

Mari kita luangkan satu jam di malam hari untuk membuat Allah tersenyum selagi kita hidup di dunia ini agar kita juga bisa terus tersenyum di dunia ini sampai datang masa kehidupan akhirat nanti. Kita sudah rela membuang waktu kita berjam-jam setiap hari untuk berbagai aktivitas kita yang lain, mengapa tidak meluangkan yang satu jam di waktu sahur ini untuk beribadah dan memohon pertolongan-Nya? InsyaAllah, kita bisa!


Sumber: Ditulis oleh Muhaimin Iqbal (dengan editing seperlunya)

Apa Sih Tolok Ukur Keberhasilan Rumah Tangga?

Sebagian besar masyarakat mengatakan, terdapat dua hal yang jika terjadi maka rumah tangga tersebut terbilang sukses, yakni mempunyai anak dan banyak harta.

Bukan. Bukan itu.

Pertama, rumah tangga 'Aisyah radhiallaahu 'anha tidak dikaruniai anak, lalu apakah kita akan berkata suami-istri tersebut tidak harmonis? Tidak bahagia?
Kedua, rumah tangga Fatimah radhiallaahu 'anha sangat minim harta. Sang istri pernah menahan laparnya selama beberapa hari hingga kuninglah wajah beliau. Lalu, apakah kita berani mengatakan bahwa rumah tangga mereka hancur berantakan diujung tombak? Tidak. Bahkan suami beliau adalah salah satu penghuni surga Allah. Maa syaa'Allah.

Benar, sebagai seorang istri janganlah dengan mudah untuk menuntut kalimat perpisahan hanya karena kedua hal di atas. Sebab, ummahatul mukminin tidak pernah memberatkan suaminya dengan perkataan tercela. Juga, sebagai seorang suami janganlah mudah mengatakan "Aku tak punya harta, aku tak pantas untukmu, duhai istriku". Innalillaahi wa inna ilayhi raaji'un. Tahu kah para suami, kalimat tersebut justeru enggan didengar oleh istri kalian. Karena dalam kondisi tersebut, para sahabat tidak tercermin dalam diri mereka sifat keputus-asaan.

Seyogyanya, tolok ukur keberhasilan rumah tangga seorang muslim ialah:
- Ketika setelah menikah, maka bertambahlah taqwa mereka kepada Allah.
- Ketika setelah menikah, maka bertambahlah amalan-amalan sunnah mereka.
- Ketika setelah menikah, bertambahlah hafalan-hafalan mereka.
- Ketika setelah menikah, bertambahlah kesabaran mereka dalam setiap takdir Allah.
- Ketika setelah menikah, bertambahlah ghiroh mendatangi majelis-majelis ilmu Allah.
- Pun, ketika setelah menikah, bertambah takutlah mereka sebab mengingat hari di mana mereka akan terpisah dan menghadap sidang Rabb-nya yang paling adil. Bertambah berharaplah mereka kepada Rabb-nya agar dapat dipertemukan dan dinikahkan kembali dalam jannah Allah tanpa hisab. Amin yaa Rabbal 'alamin.


Sumber: Grup WA (dengan bahasa yang disesuaikan)
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.

Wednesday 9 April 2014

Belajar dari Efektivitas Tempat Wudhu



Hari ini, 8 April 2014, saya baru pulang dari acara kelurga di Cipinang melalui rute Cawang-Cijantung-Pal-Kelapa Dua. Melihat jam telah menunjukkan pukul 18.40 dan belum melaksanakan shalat Maghrib, saya memutuskan untuk mencari masjid terlebih dahulu di sekitar Pal sebelum melanjutkan perjalanan. Di Pal, memang tak banyak masjid yang mudah terlihat di pinggir jalan sehingga mau tak mau saya pun harus bertanya pada warga sekitar. Saat itu, saya bertanya pada tukang ojek dan tukang ojek tersebut menginformasikan beberapa alternatif masjid terdekat, mulai dari mushalla di pemukiman warga hingga masjid di salah satu pabrik baterai. "Pak, maaf, numpang tanya. Kalau masjid atau mushalla di deket sini, di mana, ya Pak?", tanya saya kepada tukang ojek tersebut. "Di sana (sambil menunjuk gang) ada mushalla, mas, tapi lumayan jauh. Ehm, kalau nggak, mas ke masjid pabrik Eveready aja. Tinggal lurus dan belok kanan. Ntar, kalau ditanya ama satpamnya, bilang aja mau shalat", jawab tukang ojek. Setelah mengucap terima kasih, saya pun bergegas menuju masjid pabrik yang dimaksud.

Lokasi masjid yang tak tampak jelas dari jalan raya memang berada di area pabrik baterai Eveready. Jadi, saya pun harus melewati jalan setapak menuju masjid di area pabrik. Setibanya di sana, sekilas tak ada yang berbeda dan istimewa dengan kebanyakan masjid pada umumnya. Namun, ketika menuju tempat wudhu, tiba-tiba, saya terdiam sejenak melihat hal yang tak biasa. Ya, memang, tempat wudhu ini tak semewah tempat wudhu di Masjid Pasaraya Grande Blok M, tak sebesar tempat wudhu Masjid Istiqlal, namun tempat wudhu ini tampak berbeda dan ini merupakan kali pertama saya melihat tempat wudhu seperti ini.

Ya, tempat wudhu yang biasa, namun syarat makna dan manfaat. Mengapa demikian? Biasanya, air wudhu yang kita gunakan, langsung saja terbuang begitu saja menuju pembuangan akhir. Namun, pada tempat wudhu ini, air tak langsung mengalir begitu saja dengan terbuang sia-sia, tetapi air yang keluar dari kran menuju suatu wadah (corong dan pipa) yang entah menuju ke mana. Tapi dari hal ini, terbersit dalam pikiran bahwa air wudhu ini dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Air wudhu ini dapat digunakan kembali, entah untuk menyiram tanaman, mencuci mobil dan motor, membersihkan alat-alat berat pabrik, hingga bentuk pemanfaatan lainnya.

Belajar dari tempat wudhu ini, kita juga dapat mengoptimalkan dan mengefektifkan seluruh fasilitas yang biasa kita gunakan agar lebih besar dan luas lagi manfaatnya. Ya, belajarlah dari optimalisasi tempat wudhu masjid ini agar kita tidak membuang rezeki dan sumber daya dari Allah dengan sia-sia (mubadzir) begitu saja (FY).

Sunday 6 April 2014

Tuhan, Takdir, dan Syaitan

Ada seorang pemuda yang mencari seorang guru agama, pemuka agama atau siapapun yang bisa menjawab tiga pertanyaannya. Akhirnya, sang pemuda itu menemukan seorang bijaksana. Dalam perakapan di bawah ini, Pemuda akan dinotasikan dengan P sementara Bijaksana dengan huruf B.

P : Anda siapa? Bisakah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
B : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya, saya akan menjawab pertanyaan Anda.
P : Anda yakin? Sedang profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.
B : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
P : Saya punya tiga buah pertanyaan.
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukkan wujud Tuhan kepada saya!
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api, lalu kenapa dimasukkan ke neraka yang terbuat dari api juga? Tentu tidak menyakitkan buat syaitan sebab mereka memiliki unsur yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berpikir sejauh itu?

Tiba-tiba, sang orang bijaksana tersebut menampar pipi si pemuda dengan keras.
P : (Sambil menahan sakit) Kenapa Anda marah kepada saya?
B : Saya tidak marah. Tamparan itu adalah jawaban saya atas tiga buah pertanyaan yang Anda ajukan.
P : Saya sungguh tidak mengerti.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Tentu saja saya merasa sakit.
B : Jadi, Anda percaya bahwa sakit itu ada?
P : Ya.
B : Tunjukkan pada saya wujud sakit itu!
P : Saya tidak bisa.
B : Itulah jawaban pertanyaan pertama. Kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujud-Nya.
B : Apakah tadi malam Anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
P : Tidak.
B : Apakah pernah terpikirkan oleh Anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?
P : Tidak.
B : Itulah yang dinamakan takdir.
B : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar Anda?
P : Kulit.
B : Terbuat dari apa pipi Anda?
P : Kulit.
B : Bagaimana rasanya tamparan saya?
P : Sakit.
B : Walaupun syitan dan neraka sama-sama terbuat dari api, neraka tetap menjadi tempat yang menyakitkan untuk syitan.

Semoga kita dapat memetik hikmah dari percakapan singkat di atas.



Sumber: Facebook (dengan bahasa yang disesuaikan)
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.

Nasehat Simbah tentang Sebuah Perjalanan

[Based on True Story]
Nasehat Simbah tentang Sebuah Perjalanan
Jember, Oktober 2013


Siang itu, Mas mengajakku berkunjung ke rumah Adik Mbah Uti. "Kita ke rumah Mbah Sis, ya Sayang.." Spontan, feeling excited. Mbah Sis adalah sosok simbah yang murah senyum, santun, dan sederhana. Ini akan menjadi pertemuan yang ketiga kalinya antara saya dengan beliau. Dua pertemuan sebelumnya saat walimah di Wonosobo dan Jember. Di moment itu, beliau memberikan banyak ilmu dan nasihat. Hingga saat ini, kata-kata beliau masih saya pegang dalam menjalani peran sebagai istri yang [selalu berusaha] shalihah. Kali ini pun saya yakin, Mbah akan kembali membekali kami dengan segudang ilmu lainnya.

Dan ternyata benar! Di rumah mungil itu, kami tidak hanya disuguhi dengan lezatnya empal, tetapi juga disuguhi cerita yang begitu sarat makna.

"Nak Zain, Vika.. Menikah itu ibarat berlayar menuju ke sebuah pulau. Sebelum menikah, kalian hanya bermain-main di pantai. Kalian tidak berhak menaiki kapal meskipun ia ada di hadapan kalian. Setelah janji suci terucap, langit bergetar, dan barulah Allah mengizinkan kalian menaiki kapal itu."

Beliau menghentikan kata-katanya, lalu menatapku.
"Nak, di kapal ini, suami adalah Nahkodamu. Dan kau, istri, adalah penumpang yang harus setia menemani sang Nahkoda."

Beliau berganti menatap kami berdua dan melanjutkan kata-katanya.
"Di awal perjalanan kalian hanya akan menerjang ombak-ombak kecil. Tidak sulit untuk lolos dari ombak-ombak itu. Akan tetapi, semakin kalian jauh dari pantai, maka akan semakin besar pula ombak yang harus kalian terjang. Bahkan badai pun siap menghajar kapal kalian!" Di sinilah kelihaian nahkoda diuji. Seberapa handal ia menyelamatkan keluarganya dari terjangan ombak dan badai yang tak jarang memporak-porandakan kapal. Di tengah hantaman itu, nahkoda harus mendapatkan dukungan penuh dari penumpangnya. Jangan jadi penumpang yang bawel, banyak protes! Tenang, sabar, dan qanaah.."

"Nak Zain, Vika. Untuk menghadapi masa-masa sulit itu, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dengan Shalat dan Al-Qur'an. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, 'Hiasilah rumah-rumah kalian dengan Shalat dan bacaan Al-Qur'an.' Jangan tinggalkan shalat! Jangan tinggalkan Al-Qur'an! InsyaAllah sebesar apapun ujiannya, rumah tangga kalian akan selamat."

Cerita sederhana ini menghanyutkan kami. Seolah saat ini, kami sudah berada di atas kapal, mulai berlayar, dan semakin menjauh dari garis pantai. Entah sebesar apa ombak di depan sana. Entah seberapa kencang badai yang akan menerjang dan seberapa lama kami akan terus berada di atas kapal ini. Semua itu masih menjadi rahasia Illahi yang hanya akan terbuka saat 'masa' itu tiba. Kami berdiri menatap lautan luas, ketenangan ini hanya sementara, ujian pasti akan datang, dan syaitan siap memporak-porandakan kita. Tangan kami bergenggam erat, menyatukan tujuan dan harap. Jika ketenangan ini hanya sementara, maka ombak dan badai pun bukan sesuatu yang abadi!

Sambil meraih pundakku ia bertanya, "Kau siap, Sayang?"
Ku raih tangannya dan ku jawab,"InsyaAllah, Mas."

---
Terimakasih, Mbah. InsyaAllah akan selalu kami ingat pesan-pesan ini dan emoga juga bermanfaat bagi semuanya!



Sumber: Notes Facebook Vika Budi R (dengan bahasa yang disesuaikan)

Saturday 5 April 2014

Lyrics: Robbahu inna Munaya

هذه القصيده رباه إن مناي
Qosidah Sholawat: Robbahu inna Munaya

رباه إن منای  ۞  أن تستقيم خطاي
ثم اصيرا  ۞  نارا ونورا
يارباه  يارباه
Robbâhu inna munâya ۞ An tastaqîma khuthôya
Tsumma ashîrô ۞ Nâron wa nûron
Yâ Robbâh, Yâ Robbâh

گيف أضل دربی  ۞  مادمت أنت ربی
وأنت عندی  ۞  نوری وقصدی
يارب يارحمن
Kaifa adlillu darbî ۞ Mâ dumta anta robbî
Wa anta ‘indî ۞ Nûrî wa qoshdî
Yâ Robbu, Yâ Rohmân

ماأسعد الإنسان  ۞  إن عاش للقرأن
هيا صديقی  ۞  فذا طريقی
هيا إلی الإيمان
Mâ as’adal insân ۞ in ‘âsya lilqur-ân
Hayâ shodîqî ۞ Fadzâ thorîqî
Hay ilâl Îmân

Pemuda, Lamaranmu Aku Tolak!

Mereka, lelaki dan perempuan yang begitu berkomitmen dengan agamanya. Melalui ta’aruf yang singkat dan hikmat, mereka memutuskan untuk melanjutkannya menuju khitbah. Sang lelaki, sendiri, harus maju menghadapi lelaki lain; ayah sang perempuan. Dan ini merupakan tantangan yang sesungguhnya. Ia telah melewati deru pertempuran semasa aktivitasnya di kampus, tetapi pertempuran yang sekarang amatlah berbeda. Sang perempuan, tentu saja siap membantunya. Memuluskan langkah mereka menggenapkan agamanya.

Maka, di suatu pagi, di ruang tamu sebuah rumah, seorang lelaki muda menghadap seorang lelaki setengah baya, untuk ‘merebut’ sang perempuan muda dari sisinya.

“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“Iya, Pak,” jawab sang muda.
“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam?” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
“Ya Pak, sangat mengenalnya,” jawab sang muda, mencoba meyakinkan.
“Lamaranmu ku tolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengizinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”
“Lamaranmu ku tolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan. Aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya, keras.

Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.”

“Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya.
“Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi anti Orba di Kampus,” jawab sang muda, percaya diri.
“Lamaranmu ku tolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”
“Lamaranmu ku tolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”

Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”

“Kamu lulusan mana?”
“Saya lulusan Teknik Elektro UGM, Pak. UGM itu salah satu kampus terbaik di Indonesia lho Pak.”
“Lamaranmu ku tolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan STM ini tho? Menganggap saya bodoh kan?”
“Enggak kok Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat Pak. Lulusnya saja tujuh tahun, IP-nya juga cuma dua koma Pak.”
“Lha, lamaranmu ya ku tolak. Kamu saja bego gitu gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”

Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”

“Jadi kamu sudah bekerja?”
“Iya Pak. Saya bekerja sebagai marketing. Keliling Jawa dan Sumatera jualan produk saya, Pak.”
“Lamaranmu ku tolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memerhatikan keluargamu.”
“Anu kok Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”
“Lamaranmu tetap ku tolak. Lha kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?”

Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.”

“Rencananya maharmu apa?”
“Seperangkat alat shalat, Pak.”
“Lamaran mu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”
“Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang lima puluh juta, Pak.”
“Lamaranmu ku tolak. Kau pikir aku itu matre dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”

Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”

“Kamu bisa apa itu, internet?”
“Oh iya Pak. Saya rutin pakai internet, hampir setiap hari lho Pak saya nge-net.”
“Lamaranmu ku tolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.”
“Tapi saya ngenet cuma ngecek email saja kok Pak.”
“Lamaranmu ku tolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, Youtube? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”

Bisikan, “Tapi Ayah..”

“Kamu ke sini tadi naik apa?”
“Mobil Pak.”
“Lamaranmu ku tolak. Kamu mau pamer tho kalau kamu kaya. Itu namanya Riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.
“Anu saya cuma mbonceng mobilnya teman kok Pak. Saya nggak bisa nyetir”
“Lamaranmu ku tolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”

Bisikan, “Ayahh..”

“Kamu merasa ganteng, ya?”
“Nggak Pak. Biasa saja kok”
“Lamaranmu ku tolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.”
“Tapi Pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok Pak.”
“Lamaranmu ku tolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”

Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?”

Sang setengah baya menatap wajah sang anak dan berganti menatap sang muda yang sudah menyerah pasrah.
“Nak, apa adakah yang engkau hafal dari Al Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini, ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz, saya cuma hafal juz ke tiga puluh, itupun yang pendek-pendek saja. Hadits-pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”

Sang setengah baya tersenyum, “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.”

Mata sang muda ikut berkaca-kaca.

---

Semoga kita dapat mengambil hikmah atas percakapan singkat antara seorang pemuda dan sang ayah di atas dalam menentukan pasangan hidup sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Abu Hurairah – rhadiyallahu anhu – dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata: “Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, (atau) karena agamanya. Pilihlah yang beragama, maka kau akan beruntung, (jika tidak, semoga kau) menjadi miskin”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada hal yang paling bermanfaat bagi seorang mukmin setelah taqwa kepada Allah selain wanita shalihah, jika diperintah, ia menaatinya, jika dipandang, ia membuatnya bahagia/senang, jika bersumpah, ia memenuhi sumpahnya, jika ditinggal suaminya, ia menjaga diri dan harta suaminya.



Sumber: Facebook, Manajemen Mentoring Milist (dengan bahasa yang disesuaikan serta penambahan point kesimpulan)
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.

Memahami Keluarga Sakinah

Catatan Kajian Keluarga Bulanan Masjid Universitas Indonesia
Kamis, 3 April 2014

"Memahami Keluarga Sakinah"
by: Bu Ery Soekresno

Pahami perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan, yaitu:
LAKI-LAKI
1. Memiliki keinginan untuk belajar dan mengubah diri menjadi lebih baik dibandingkan perempuan
2. Lebih stabil pola emosinya
3. Memiliki standar lebih tinggi
4. Senang humor dan bercanda
5. Membutuhkan tantangan lebih besar
6. Lebih mudah bosan
7. Lebih mudah bahagia

PEREMPUAN
1. Cenderung egois
2. Mudah berkata jujur
3. Cenderung menyimpan perasaannya

Setiap keluarga yang dibangun mendambakan keluarga yang sakinah. Keluarga sakinah yakni setiap anggota keluarga merasa aman, penuh kasih sayang, dan terpenting dirahmati oleh Allah.

Hal ini penting karena:
1. Menggenapkan separuh agama
2. Menjaga keimanan
3. Jalan masuk surga
4. Dasar berjamaah

Ciri-ciri keluarga sakinah terdapat 4 hal yang menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga:
1. Suami atau istri yg setia
2. Anak-anak yang berbakti
3. Lingkungan sosial yang sehat
4. Dekat rezekinya (mudah berbagi)

Ciri lainnya:
- Cenderung pada agama
- Yang muda hormat pada yang lebih tua, sementara yang tua sayang pada yang lebih muda
- Sederhana dalam belanja
- Lemah lembut dalam bergaul
- QS Al-Baqarah: 187 (suami/istri adalah pakaian bagi pasangannya)
- Pergaulan suami-istri dengan cara yang ma'ruf
- Pasutri melaksanakan peran masing-masing karena Allah
- Semua anggota keluarga beriman dan bertaqwa kepada Allah, menyelesaikan permasalahan kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah
- Rezeki bersih dari yang haram

Tantangan hari ini:
1. Pola hidup modern
2. Khawatir ditertawakan oleh golongan fujaro dan malu disebut sebagai golongan abror

Kiat menuju keluarga sakinah:
1. Mulai dari mencari pasangan yang shalih atau shalihah, taat kepada perintah Allah dan sunnah Rasulullah.
2. Pilih pasangan yang memiliki keutamaan iman dan taqwa
3. Niat menikah untuk ibadah kepada Allah
4. Pasutri menjalankan kewajiban dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah kepada Allah
5. Memahami kekurangan dan kelebihan pasangan, menghargai serta saling melengkapi
6. Mohon pada Allah agar menjadi keluarga samaraba
7. Jalan-jalan ke tempat bersejarah Islam untuk tingkatkan kecintaan pada Islam
8. Ketika menghadapi masalah, selalu memohon perlindungan kepada Allah dan selesaikan dengan jalan musyawarah (QS Al-Imron: 159)

Perempuan, sebelum menikah perlu siapkan diri sebagai istri dan ibu karena perempuan adalah kunci membangun peradaban.

Indonesia sampai saat ini adalah fatherless country, kurang optimalnya peran bapak, "ada tapi tiada". Jadi, bagi laki-laki, persiapkan diri agar menjadi ayah yang baik.



Sumber: WhatsApp Group

Thursday 3 April 2014

Indonesia Goes to ASEAN Economic Community (AEC) 2015

#DiskusiEkonomi WMI Chapter 1 "Indonesia Goes to ASEAN Economic Community (AEC) 2015" bersama Fachri Ya'qub (Founder and CEO SeputarKampus.com) | Warung Pasta, Depok

Depok (6/9/2013) - Perekonomian dunia kini tengah dilanda gejolak yang amat mengkhawatirkan, seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa negara-negara di belahan benua Eropa sedang mengalami krisis global, dan beberapa negara di benua Amerika pun mengalami hal yang sama. Oleh karenanya, ujung perekonomian akan bergeser ke wilayah Asia, dan harus dihadapi demi keberlangsungan ekonomi dunia. Kebijakan negara di kawasan Asia Tenggara untuk mempersiapkan diri memegang kekuasaan ekonomi dunia adalah dengan membentuk program AEC. Terbesit impian untuk mengintegrasikan negara regional ASEAN layaknya Uni Eropa, maka ASEAN juga harus cerdas dalam menentukan sikap dan langkah ke depan. Mengingat Uni Eropa sedang ada dalam krisis akut dan seakan skema yang telah mereka rancang selama puluhan tahun runtuh seketika.

Derap langkah negara di kawasan Asia Tenggara mulai berpadu mempersiapkan agenda besar di tahun 2015 nanti. ASEAN Economic Community (AEC) merupakan usaha bersama untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan memiliki daya saing tinggi, pembangunan ekonomi yang merata dan mengurangi kemiskinan serta kesenjangan sosial-ekonomi. ASEAN tiga tahun ke depan dibayangkan sebagai suatu kawasan yang telah terintegrasi total layaknya Uni Eropa saat ini. Tujuan dibentuknya AEC 2015 semata-mata untuk mengakomodasi kepentingan negara-negara di kawasan ASEAN, sedangkan perdagangan yang terjadi antara negara anggota ASEAN saat ini masih belum efektif dengan adanya non- tariff barriers. ASEAN perlu menerapkan peraturan bebas non-tariff barriers.


Growth Rates in the ASEAN Region

Untuk mewujudkan semua itu dibuatlah AEC Blueprint sebagai pedoman bagi Negara-negara anggota ASEAN mencapai target 2015. Menurut Djali Gafur seorang peneliti pada Cakrawala Institute (Center for Fair Development Studies-Pusat Studi untuk Keadilan Pembangunan), AEC Blueprint memiliki empat kerangka kerja utama yaitu, pertama, ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Kedua, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerce. Ketiga, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata, dengan elemen pembangunan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara-negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam). Keempat, ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Dari ke empat pilar tersebut, saat ini pilar pertama yang masih menjadi perhatian ASEAN.

Fachri Ya'qub (MAPRES Kewirausahaan FEUI 2013) berbagi ilmu seputar AEC ke Wiratif Muda Indonesia

Dalam waktu dekat ini, Indonesia harus menyiapkan diri untuk menghadapi ASEAN Economic Community 2015. Indonesia tidak boleh hanya menjadi potential market, tetapi juga harus mampu berperan aktif dan memanfaatkan kerja sama ini. Sayangnya, Indonesia belum memiliki bargaining position yang cukup berpengaruh di dunia. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kompetensi dan kemampuan berbahasa Inggris. Padahal di zaman kompetisi dan ekonomi global ini, kemampuan berbahasa Inggris adalah prioritas utama untuk bermatapencaharian. Selain itu, fakta di lapangan yang menunjukkan bahwa jumlah presentase kelulusan sarjana masih sebesar 2.1% dan sekitar 27% penduduk di negeri ini masih buta huruf.  "Oleh karena itu, orang Indonesia jika ingin maju maka pola pikirnya harus diarahkan ke visi masa depan. Tiga hal yang harus dipersiapkan Indonesia untuk menuju ASEAN Economic Community 2015, antara lain: Education, Language, dan Work Culture", ungkap Fachri. Dengan demikian, marilah kita cerdaskan kehidupan bangsa, kuatkan kemampuan berbahasa, dan kembangkan produk lokal berdaya saing global (maf).


*Terima kasih atas kehadiran rekan-rekan semua pada diskusi malam ini. Tulisan ini dikutip dari berbagai sumber dengan harapan bisa saling berbagi informasi terkait persiapan Indonesia menuju AEC 2015. Semoga ilmu yang diperoleh bermanfaat dan sampai jumpa minggu depan.

Depok, 6 September 2013

I'm Wiratif Muda ID
Follow us @WiratifMuda
Like page us Wiratif Muda Indonesia

Indahnya Hidup Jika Kita Memaknai Setiap Kejadian dengan Bijak dan Penuh Syukur

Berikut terdapat beberapa hal atau kondisi yang jika kita bisa memikirkannya dengan bijak, maka kita akan mampu mengarungi kehidupan ini dengan penuh makna dan luar biasa!
  • Mendengar istri mengomel di rumah, berarti aku masih punya keluarga.
  • Mendengar suami masih ngorok di sebelahku berarti aku masih punya suami.
  • Mendengar ayah dan ibu menegurku dengan tegas berarti aku masih punya orang tua.
  • Merasa lelah dan pegal linu setiap sore, itu berarti aku mampu bekerja keras.
  • Membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu di rumah, itu berarti aku punya teman.
  • Pakaianku terasa agak sempit, itu berarti aku makan cukup.
  • Mencuci dan menyetrika tumpukan baju, itu berarti aku memiliki pakaian.
  • Membersihkan halaman rumah, jendela, memperbaiki talang dan selokan air, itu berarti aku memiliki tempat tinggal.
  • Mendapatkan banyak tugas yang merepotkan, itu berarti aku dipercayai dapat melakukannya.
  • Mendapatkan rekan kerja/bisnis yang mengesalkan menandakan karier/bisnis ku masih bergerak dan hidup.
  • Mendapatkan banyak komplain dari customer kita, itu menandakan bahwa customer kita masih ada, masih loyal, dan menginginkan kita menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
  • Mendengar nyanyian suara yang fals, itu berarti kita masih bisa mendengar.
  • Mendengar bunyi alarm di waktu shubuh, itu berarti aku masih hidup.

Akhirnya banyak hal yang dapat kita syukuri setiap hari. Berhentilah mengeluh dan mulailah untuk selalu bersyukur dan berpikiran positif di setiap kesempatan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Bersyukur dalam setiap keadaan meski tak ada alasan untuk bersyukur sekalipun.



Sumber: WhatsApp Group
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.

Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Hasil Diskusi Grup Sharee 1
Perbedaan Asuransi Syariah dengan Asuransi Konvensional

Pertanyaan:
Tentang hukum Asuransi Syariah?
Apa bedanya Takaful Syariah dengan Prudensial Syariah?

Jawaban:
Bismillah. Kalau berdasarkan diskusi di atas, Mas Ican mengilustrasikan dengan konsep akad nikah. Kalau dalam resume ini saya mengilustrasikan dengan konsep potong ayam saja.

Ibarat ada 2 orang yang ke restoran ayam siap saji. Di counter 1, ayam dipotong dengan ucapan "bismillah" sementara di counter 2, ayam langsung dipotong saja. Outputnya sama. Sama-sama jadi ayam crispy dengan bumbu yang sama. Rasanya juga sama enaknya. Tapi karena proses yang berbeda di awal, itulah yang menjadi perbedaan yang fundamental. Garis halal dan haram ada di dalam akad itu. Kalau di akad nikah, menjadi halal memegang tangan lawan jenis yang bukan mahram, asal sudah ada lafadz "Ankahtu nikahaha bla bla bla..", kalau di restoran ayam, menjadi halal ayam yang dimakan, asal dipotong dengan lafadz basmallah.

Sederhana tapi penting.
Dalam fatwa DSN-MUI No.21 Tahun 2001. Akad dalam asuransi syariah adalah akad tolong menolong (ta'awun).

Dari sisi manajemen, dana yang terkumpul di asuransi konvensional menjadi milik perusahaan (masuk ke dalam Cost of Insurance, COI) sedangkan dana yang terkumpul di asuransi syariah menjadi milik nasabah dan dikelola dalam rekening terpisah. Dalam asuransi syariah, dana (premi nasabah) di bagi dalam dua rekening, dana tabarru' dan dana tabungan.

Ilustrasinya begini:
1. Dalam asuransi konvensional, premi nasabah langsung masuk ke rekening perusahaan. Nanti jika ada nasabah yang klaim, uang diambil dari rekening itu.
2. Di asuransi syariah, saat nasabah membayar uang premi, perusahaan asuransi langsung membaginya dalam dua rekening. Pertama di rekening tabarru'. Uang di rekening itu dipakai untuk uang ta'awun (saling tolong menolong sesama nasabah asuransi jika ada yang klaim). Kedua, uang nasabah digunakan untuk tabungan nasabah sendiri. Nanti akan dikembalikan jika tenggang waktu asuransi sudah habis.

Nah, terus kalau klaim nasabah lebih besar dari uang di rekening tabarru' bagaimana?
Perusahaan asuransi syariah wajib meminjamkan uang perusahaan untuk dana tabarru' nasabah tanpa bunga.

Nah, terus nanti dari mana perusahaan asuransi syariah mendapat pemasukan? Asuransi syariah mendapat pemasukan dari ujroh (komisi) dari jasa pengelolaan dana nasabah.

Lalu, kenapa sih uang yang kita setorkan ke dalam perusahaan asuransi, tidak bisa kita terima full saat periode waktu asuransi kita sudah habis dan kita tidak ada klaim?
Seperti yang diketahui, bahwa akad yang dipakai adalah akad ta'awun (tolong menolong). Perusahaan asuransi itu menghimpun dana para nasabah untuk membantu sesama nasabah lain jika terkena musibah. Makanya, jarang ada asuransi yang mengembalikan secara utuh uang nasabah jika sudah sampai jangka waktu asuransi yg disepakati dan tidak ada klaim.

Nah selain akad, pengelolaan dana, cara pembayaran klaim yang berbeda, pengambilan keuntungan perusahaan serta kepemilikan dana nasabah, ada lagi yang membedakan antara perusahaan asuransi konvensional dan syariah.

Badan Pengawas, dalam hal ini, perusahaan asuransi harus memiliki Dewan Pengawas Syariah untuk mengawasi tata kelola perusahaan. Apakah sudah sesuai dengan prinsip ekonomi Islam atau tidak? Sedangkan perusahaan asuransi konvensional tidak memiliki Dewan Pengawas Syariah.

Kemudian dari segi penempatan investasi saham juga jelas berbeda. Perusahaan asuransi konvensional bebas menentukan di mana mereka ingin menempatkan investasi di instrumen saham atau surat berharga. Sedangkan, perusahaan asuransi syariah harus menempatkan sahamnya di saham yang terdapat dalam list JII (Jakarta Islamic Index), DES (Daftar Efek Syariah) atau Sukuk, jika menempatkan investasi ke dalam instrumen surat berharga.

Apa perbedaan Takaful denga Prudential?
Spesifikasi produknya beda dan Perhitungan UP (Uang Pertanggungan) juga bisa berbeda. Bisa langsung bertanya ke bagian customer service masing-masing perusahaan.

Sebelum jadi nasabah asuransi pahami dulu dua hal tersebut dan perjanjian dalam polis. Ingat, asuransi seperti payung. Kita tidak pernah tahu kapan hujan turun. Tapi kalau sudah menbawa payung, jadi tidak kehujanan. Dan pastikan payung yang kita siapkan sesuai dengan bentuk badan kita. Jangan sampai kekecilan, begitu juga dengan asuransi. Cari asuransi yang sesuai dengan kebutuhan kita dengan mencari tahu terlebih dahulu spesifikasi produk, uang pertanggungan nasabah, dan isi perjanjian polis.

Semoga bermanfaat.



Sumber: WhatsApp Group SHAREE

Teruntuk Anakku Tercinta

Berikut ada sepenggal percakapan antara seorang ayah dan putra(i)nya. Semoga para ayah (calon ayah) dapat mengambil hikmahnya.

  • Anak : "Ayah, ayah temanku membiarkan nyamuk menggigit tangannya sampai kenyang, maksudnya supaya nyamuk itu tidak akan menggigit anaknya. Apakah ayah akan melakukan hal yang sama?"
  • Ayah : "Tidak, Nak.. Tetapi ayah akan mengusir nyamuk sepanjang malam supaya tidak menggigit siapapun!"
  • Anak : "Oiya ayah, aku pernah membaca cerita tentang seorang Ayah yang rela tidak makan supaya anak-anaknya bisa makan sampai kenyang. Apakah ayah akan melakukan hal yang sama?"
  • Ayah : "Tidak, Nak.. Ayah akan bekerja sekuat tenaga supaya kita semua bisa makan dengan kenyang dan kamu tidak harus sulit menelan makanan karena merasa tidak tega melihat ayahmu sedang menahan lapar"

Sang Anakpun tersenyum bangga mendengar apa yang dikatakan ayahnya.

  • Anak : "Kalau begitu, aku boleh selalu menyandarkan diriku kepada ayah, ya?"

Sambil memeluk anak itu..

  • Ayah : "Tidak, Nak.. Ayah akan mengajarimu berdiri kokoh di atas kakimu sendiri, supaya engkau tidak harus jatuh tersungkur ketika suatu saat ayah harus pergi meninggalkanmu."


Hikmahnya: Orang tua yang bijak tidak hanya berhasil menjadikan dirinya tempat bersandar, tetapi juga yang berhasil membuat sandaran itu tidak diperlukan.



Sumber: WhatsApp Group
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.

Things You Should and Shouldn't Do before the Exam

Dalam persiapan menghadapi ujian atau berbagai seleksi, termasuk Ujian Nasional (UN), Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN, SIMAK UI, UM UGM, UMB), tes kerja maupun seleksi lainnya, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dan yang sebaiknya tidak dilakukan. Berikut beberapa hal tersebut, yaitu:

DO's
  • Rileks dan 'pede' aja
  • Tata ulang ruang belajar
  • Kenali kemampuan diri
  • Buat batas akhir akan materi yang harus dipelajari
  • Tetapkan standar dan batas waktu rata-rata dalam mengerjakan soal
  • Strategi atur waktu (time management)
  • Jaga stamina (atur pola makan dan istirahat secara proporsional)
  • Wajib sarapan (bila perlu membawa bekal ke lokasi ujian, misalkan roti dan air mineral)
  • Siapkan mental dan kenali lingkungan (termasuk di mana lokasi toilet dan musholla)
  • Siapkan alat tulis lengkap
  • Siap tempur di hari H
  • Berdoa dan tawakal kepada Allah SWT

DON'T's
  • Lenyapkan Sistem Kebut Semalam (SKS)
  • Gak perlu over nervous
  • Jangan telat bangun pagi
  • Jangan telat datang ke lokasi ujian
  • Jangan berkutat pada sata soal saja
  • Jangan buang waktu
  • Jangan ceroboh dalam menjawab

Istikharah Menunggu Ketetapan Allah dengan Ikhtiar dan Doa

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan [yang tepat] kepada Engkau dengan ilmu [yang ada pada]-Mu, dan aku memohon kekuasaan-Mu [untuk menyelesaikan urusanku] dengan kodrat-Mu.

Dan aku memohon kepada-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedangkan aku tidak berkuasa, dan Engkau Maha Tahu sedangkan aku tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib.

Ya Allah, sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih baik untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih baik pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka takdirkanlah dan mudahkanlah urusan ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini.

Dan sekiranya Engkau tahu bahwa urusan ini lebih buruk untuk diriku, agamaku, dan kehidupanku, serta [lebih buruk pula] akibatnya [di dunia dan akhirat], maka jauhkanlah urusan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, kemudian jadikanlah aku ridha menerimanya.

Jelajah Dunia: Denpasar-Hong Kong Hanya dengan Rp 7.000

Nantikan report detailnya tentang backpacker ini

Jelajah Dunia: 21 Hari Mengeksplor Empat Negara

Nantikan report detailnya tentang backpacker ini

Maafkan Kami, Wahai Bunda dan Ayahandaku

Sahabat,

Masih ingatkah engkau di kala masih berada dalam kandungan Ibumu?
Pasti engkau akan menjawab, aku tidak ingat apa-apa tentang hal itu.

Masih ingatkah engkau ketika terlahir pertama kali ke dunia ini?
Beberapa menjawab, aku tidak mengingatnya. Tapi mungkin di kala itu, aku hanya bisa menangis, menangis, dan menangis.

Masih ingatkah engkau kala memasuki usia balita? Apa yang telah engkau lakukan dan alami kala itu?
Sebagian dari mu menjawab, aku tidak mengingat secara pasti apa yang telah terjadi padaku di kala aku masih balita.

Masih ingatkah engkau di kala memasuki taman kanak-kanak?
Iya, aku ingat, tapi hanya sebagian kecil yang ku ingat.

Masih ingatkah engkau ketika mulai menapaki pendidikan sekolah dasar? Apa yang kau lakukan kala itu?
Sebagian menjawab, aku lupa akan kenangan kala itu.

Lalu, ingatkah engkau kejadian demi kejadian di kala menginjak SMP dan SMA?
Ya, aku mulai mengingat kejadian demi kejadian. Namun, aku lupa dan tidak pasti mengingatnya.

Lalu, bagaimana dengan sekarang. Ingatkah apa yang telah engkau lakukan tahun lalu, bulan lalu, minggu lalu, kemarin?
Iya aku lebih ingat kenangan di beberapa tahun terakhir ini. Namun, aku tidak dapat mengingat seluruhnya secara pasti.

Lalu ingatkah siapa orang-orang di balik itu semua?
Pasti engkau akan menyebutkan banyak sekali orang-orang yang ada di sekitar mu.

Sahabat,
Bagaimana dengan ibu dan ayahmu?
Seberapa ingatkah engkau dengan mereka?
Benar-benar ingatkah engau dengan apa yang telah beliau berikan kepadamu!

Ingatkah siapa yang membawamu selama sembilan bulan lamanya ke manapun ia pergi?
Ingatkah siapa yang melahirkanmu ke dunia ini?
Ingatkah siapa yang mengajarimu makan dan minum?
Ingatkah siapa yang membantumu belajar berjalan dan berujar?
Ingatkah siapa yang mendidikmu hingga engkau seperti sekarang ini?
Ingatkah siapa yang bekerja keras siang malam memberikan perantara rezeki-Nya kepadamu?
Ingatkah engkau siapa yang telah membesarkanmu hingga kamu dapat menjadi orang seperti sekarang ini?

Coba engkau renungkan dan pikirkan sejenak!


Yaa,
Ya, Ibu.. Ibu.. Ibu.. dan ayahmu lah yang berada di balik semuanya.

Namun, seberapa pedulikah engkau dengan mereka?
Ingatkah engkau dengan kondisi mereka?
Apa yang telah engkau berikan kepada mereka?
Bukankah kita seringkali menolak ajakan mereka?
Bukankah kita sering membuat kesal mereka?
Seberapa seringkah kita membentak mereka?
Seberapa seringkah kita enggan melakukan apa yang mereka suruh?
Seberapa seringkah kita melalaikan amanah beliau?

Sahabat,
Ingatlah, kasih sayang yang mereka berikan tidak akan putus hingga kapanpun, tidak akan berakhir meskipun terpisahkan oleh dimensi yang berbeda. Tidak akan surut meskipun berada di tempat yang berbeda. Karena kasih sayang beliau merupakan perantara kasih sayang Sang Maha Pencipta yang tidak akan padam hingga kapan pun.

Namun, kembali..
Bagaimanakah kasih sayang kita kepada beliau?
Apa yang telah kita berikan kepada beliau?
Apa yang telah kita lakukan untuk beliau?
Sudahkah kita membahagiakan beliau?
Sudahkah kita berbakti kepada beliau?
Sudahkah kita selalu mendoakan beliau di sepanjang waktu?

Sahabat,
Ingatlah bahwa tanpa kehadiran beliau, kita tidak akan ada.
Tanpa kehadiran beliau, kita tidak akan ada di sini.
Tidak dapat merasakan nikmatnya mengenyam pendidikan, bekerja, dan melakukan aktivitas lainnya.

Namun, kita sering melupakan apa yang telah mereka berikan kepada kita dengan tulus dan ikhlas tanpa meminta imbalan apapun.

Sahabat,
Jangan sampai semuanya terlambat.
Jangan sampai waktu yang akhirnya memaksa kita untuk tidak lagi bertemu dengan mereka lagi.
Jangan sampai dimensi yang akhirnya memaksa kita berpisah dengan mereka.
Jangan sampai kendala jarak dan tempat membuat kita terlena dan melupakan mereka.
Jangan sampai semuanya membuat kita melupakan semua hal yang telah mereka korbankan dan berikan kepada kita.

Sahabat,
Jangan sampai semuanya terlambat.. Lakukan apa yang bisa engkau lakukan untuk dapat membahagiakan kedua orang tuamu.
Lakukan yang terbaik kepada beliau.

Bukankah ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, berasal dari keridhoan kedua orang tua kita pula?

Sahabat,
Lakukan hal terbaik yang dapat engkau lakukan untuk mereka.
Jangan sampai engkau menyesali apa yang seharusnya dapat engkau lakukan.
Karena kita tidak tahu, akankah nanti, besok, lusa, minggu depan, tahun depan.
Kita masih dapat melihat mereka.
Masih dapat bertemu dengan mereka.
Dapat melihat senyum mereka.
Dapat memeluk mereka.
Dapat bercanda-tawa dengan mereka.

Karena sesungguhnya, mudahlah bagi-Nya untuk mengambil kembali apa yang telah dititipkan kepadamu.
Jadi, jangan sampai semuanya terlambat, kawan.

Minta maaflah atas segala kesalahan yang telah kita perbuat baik yang tidak sengaja maupun yang kita sengaja.

Dan semoga kelak, kita dapat dipertemukan kembali dengan beliau, dengan keluarga kita, dengan orang-orang shalih dan shalihah, dapat berkumpul kembali dalam keagungan dan kebesaran surga-Nya.
Berkumpul pula bersama junjungan kita, Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akhirnya pula,
dapat bertemu dengan Sang Khaliq.

Semoga menapaki sisa jalan kehidupan dunia yang sementara ini, kita kembali menjadi pribadi yang bersih, pribadi yang jujur, pribadi yang berbakti kepada kedua orang tua kita. Menjadi putra-putri yang dapat membanggakan kedua orang tua kita serta menjadi putra-putri yang shaleh dan shalehah.

Amin, amin.. Yaa, Rabbal 'alamin..