Wednesday 9 April 2014

Belajar dari Efektivitas Tempat Wudhu



Hari ini, 8 April 2014, saya baru pulang dari acara kelurga di Cipinang melalui rute Cawang-Cijantung-Pal-Kelapa Dua. Melihat jam telah menunjukkan pukul 18.40 dan belum melaksanakan shalat Maghrib, saya memutuskan untuk mencari masjid terlebih dahulu di sekitar Pal sebelum melanjutkan perjalanan. Di Pal, memang tak banyak masjid yang mudah terlihat di pinggir jalan sehingga mau tak mau saya pun harus bertanya pada warga sekitar. Saat itu, saya bertanya pada tukang ojek dan tukang ojek tersebut menginformasikan beberapa alternatif masjid terdekat, mulai dari mushalla di pemukiman warga hingga masjid di salah satu pabrik baterai. "Pak, maaf, numpang tanya. Kalau masjid atau mushalla di deket sini, di mana, ya Pak?", tanya saya kepada tukang ojek tersebut. "Di sana (sambil menunjuk gang) ada mushalla, mas, tapi lumayan jauh. Ehm, kalau nggak, mas ke masjid pabrik Eveready aja. Tinggal lurus dan belok kanan. Ntar, kalau ditanya ama satpamnya, bilang aja mau shalat", jawab tukang ojek. Setelah mengucap terima kasih, saya pun bergegas menuju masjid pabrik yang dimaksud.

Lokasi masjid yang tak tampak jelas dari jalan raya memang berada di area pabrik baterai Eveready. Jadi, saya pun harus melewati jalan setapak menuju masjid di area pabrik. Setibanya di sana, sekilas tak ada yang berbeda dan istimewa dengan kebanyakan masjid pada umumnya. Namun, ketika menuju tempat wudhu, tiba-tiba, saya terdiam sejenak melihat hal yang tak biasa. Ya, memang, tempat wudhu ini tak semewah tempat wudhu di Masjid Pasaraya Grande Blok M, tak sebesar tempat wudhu Masjid Istiqlal, namun tempat wudhu ini tampak berbeda dan ini merupakan kali pertama saya melihat tempat wudhu seperti ini.

Ya, tempat wudhu yang biasa, namun syarat makna dan manfaat. Mengapa demikian? Biasanya, air wudhu yang kita gunakan, langsung saja terbuang begitu saja menuju pembuangan akhir. Namun, pada tempat wudhu ini, air tak langsung mengalir begitu saja dengan terbuang sia-sia, tetapi air yang keluar dari kran menuju suatu wadah (corong dan pipa) yang entah menuju ke mana. Tapi dari hal ini, terbersit dalam pikiran bahwa air wudhu ini dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Air wudhu ini dapat digunakan kembali, entah untuk menyiram tanaman, mencuci mobil dan motor, membersihkan alat-alat berat pabrik, hingga bentuk pemanfaatan lainnya.

Belajar dari tempat wudhu ini, kita juga dapat mengoptimalkan dan mengefektifkan seluruh fasilitas yang biasa kita gunakan agar lebih besar dan luas lagi manfaatnya. Ya, belajarlah dari optimalisasi tempat wudhu masjid ini agar kita tidak membuang rezeki dan sumber daya dari Allah dengan sia-sia (mubadzir) begitu saja (FY).