Do’a ketika duduk di antara dua sujud merupakan do'a sangat dahsyat, mencakup kebutuhan kita di dunia dan akhirat. Do'a itu dibaca minimal 17 kali setiap harinya. Marilah kita renungi maknanya:
Robbighfirlii (Wahai Tuhan ampunilah dosaku)
Dosa adalah beban yang menyebabkan kita berat melangkah menuju ke ridho اللّهُ. Dosa adalah kotoran hati yang membuat hati kelam sehingga berat untuk melakukan kebaikan.
Warhamnii (Sayangilah diriku)
Kalau kita disayang اللّهُ hidup akan terasa nyaman karena dengan kasih sayang akan dapat dicapai semua cita-cita. Dengan kasih sayang اللّهُ nafsu kita akan terbimbing.
Wajburnii (Tutuplah segala kekuranganku)
Banyak sekali kekurangan kita, kurang syukur, kurang sabar, kurang bisa menerima kenyataan, mudah marah, pendendam dan sebagainya. Kalau kekurangan kita ditutup/diperbaiki اللّهُ, maka kita akan menjadi manusia sebenarnya.
Warfa'nii (Tinggikanlah derajatku)
Kalau اللّهُ sudah meninggikan derajat kita, maka pasti tidak ada manusia yang bisa menghinakan kita.
Warzuqnii (Berikanlah aku rizki)
Sebagai hamba اللّهُ kita membutuhkan rizki. اللّهُ mampu mendatangkan rizki dari arah yang tak terduga dan tanpa perhitungan.
Wahdini (Berikanlah aku petunjuk/bimbinglah aku ke jalan kebahagiaan)
Kita tidak hanya minta petunjuk/hidayah yang berkaitan dengan agama, tetapi juga meminta petunjuk agar terhindar dari mengambil keputusan yang salah.
Wa'aafinii (Berikanlah aku kesehatan)
Apabila kita sehat kita bisa menambah kebaikan dan manfaat serta tidak menjadi beban oranga lain.
Wa’fuannii (Aku mohon agar kesalahanku dihapus dari catatan)
Kita awali do’a ini dengan mohon ampun dan kita akhiri dengan permohonan agar catatan dosa kita dihapus sehingga kita benar-benar bersih dari dosa seperti bayi yang baru lahir.
Allah memerintahkan kita untuk membaca do’a itu. Rasulullah SAW mencontohkan kepada kita, menurut logika do’a tersebut pasti terkabul. Yang menjadi persoalannya adalah; Di mana hati dan pikiran kita ketika membaca do'a tersebut?
Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa "Allah tidak akan mengabulkan do'a yang keluar dari hati yang lalai." Maka, kita wajib berusaha untuk memahami dan menghayati do'a tersebut agar bisa meraih kekhusyukan shalat kita dan kemaqbulan do'a tersebut.
RESEP MENGHAYATI DOA ANTARA DUA SUJUD
(1) Hafalkan artinya
- Robbighfirlii : Ya Allah, ampuni dosaku
- Warhamnii : Ya Allah, sayangilah diriku
- Wajburnii : Ya Allah, tutuplah kekuranganku
- Warfa'nii : Ya Allah, tinggikan derajatku
- Warzuqnii : Ya Allah, berikan aku rezeki
- Wahdini : Ya Allah, berikan aku petunjuk
- Wa'aafinii : Ya Allah, berikan aku kesehatan
- Wa fuannii : Ya Allah, hapuskan kesalahanku
(2) Pada saat membacanya, bacalah satu-persatu dan perlahan-lahan. Berhentilah sejenak setiap kali membaca penggalan do'a tersebut dan diresapi artinya dalam hati.
Semoga Allah melimpahkan hati yang khusyu' dan do'a yang mustajab kepada kita semua.
Diolah dari kiriman:
Bpk. Drs. H. Sri Wiyoso, MM (Mantan Kepala Disnakertrans, Wonogiri Jawa Tengah)
Monday, 20 July 2015
Tuesday, 28 April 2015
Cermin-Cermin Iman
(Pict by islam-n-muslim.blogspot.com)
Cermin Pertama
Jika nafsu syahwat datang bertubi-tubi dan begitu menguasai, maka tengoklah kembali shalat-shalat yang telah berlalu, adakah ia telah berkualitas atau hanya rutinitas hambar semata? Ingatlah, Rabbuna berkata:
فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (Maryam: 59)
Cermin Kedua
Jika terasa didapati hati begitu mengeras, jauh dari hidayah, akhlak buruk mendominasi lalu datang pula kesempitan, maka tengoklah kembali kualitas hubungan diri dengan orang tua terutama sang bunda. Ingatlah Rabb kita berkata:
وبراً بوالدتى ولم يجعلنى جبارا شقيا
“Dan aku pun berbakti kepada ibuku sehingga Allah tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32)
Cermin Ketiga
Jika kehidupan ini terasa begitu sempit dan menghimpit, penuh kegusaran dan kehampaan, maka tengoklah kembali Al-Qur'an, Kalam Rabb kita, adakah ia terlantunkan menghiasi hari-hari. Rabb kita berkata:
ومن أعرض عن ذكري فإن له معيشةً ضنكاً
“Dan siapa berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur’an), niscaya baginya sungguh penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha: 124)
Cermin Keempat
Jika hari-hari masih terbata-bata dan tiada istiqamah meneguhkan diri di atas kebenaran, maka tengoklah kembali nasihat-nasihat yang telah didengar, adakah ia telah teraplikasi dalam diri? Rabb kita berkata:
ولو أنهم فعلوا ما يوعظون به لكان خيراً لهم وأشد تثبيتا
“Dan sesungguhnya jikalau mereka mau menerapkan nasihat yang sampai kepada mereka, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan iman mereka.” (QS. An-Nisa : 66)
____
Diterjemahkan dan dikembangkan dari page al-Mus-haf al-Jami'
Sumber: Fachriy Aboe Syazwiena | Fanpage Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia
Thursday, 23 April 2015
4 Hal yang Telah Ditetapkan di Kala Usia Kandungan 120 Hari
(Pict by mamaniza.com)
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata: Rasulullah menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan:
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama 40 hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama 40 hari, kemudian menjadi segumpal daging selama 40 hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga, maka masuklah dia ke dalam surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).
[Bukhari No. 3208, Muslim No. 2643]
Hikmah yang dapat kita petik dari hadits tersebut:
- Allah ta’ala mengetahui tentang keadaan makhluknya sebelum mereka diciptakan dan apa yang akan mereka alami, termasuk masalah kebahagiaan dan kecelakaan.
- Tidak mungkin bagi manusia di dunia ini untuk memutuskan bahwa dirinya masuk surga atau neraka, akan tetapi amal perbuatan merupakan sebab untuk memasuki keduanya.
- Amal perbuatan dinilai di akhirnya, maka hendaklah manusia tidak terpedaya dengan kondisinya saat ini, justru harus selalu memohon kepada Allah agar diberi keteguhan dan akhir yang baik (husnul khotimah).
- Tenang dalam masalah rizki dan qanaah (menerima) dengan mengambil sebab-sebab serta tidak terlalu mengejar-ngejarnya dan mencurahkan hati karenanya.
- Kehidupan ada di tangan Allah. Seseorang tidak akan mati kecuali dia telah menyempurnakan umurnya.
- Sebagian ulama dan orang bijak berkata bahwa dijadikannya pertumbuhan janin manusia dalam kandungan secara berangsur-angsur adalah sebagai rasa belas kasih terhadap ibu. Karena sesungguhnya Allah mampu menciptakannya sekaligus.
Disarikan dari beberapa sumber
Wednesday, 22 April 2015
Ada Masanya Kelak, Matahari Tak Lagi Terbit dari Timur
Setiap hari, setiap pagi.. alhamdulillah masih bisa melihat dan menyaksikan, keagungan ciptaan-Nya, bagaimana Matahari terbit dengan eloknya dari timur.. Namun, yakinlah bahwa suatu saat nanti dan akan ada masanya, Matahari tak akan lagi menampakkan semburat cahayanya dari arah timur ini, tetapi dari arah sebaliknya..
#makaNikmatTuhanManakahYangKamuDustakan
#RenunganPagi
Babat, Jawa Timur | 22/4, 6.14am
Saturday, 21 February 2015
Hanya Sebuah Koin Penyok
(Pict by: blog-inspiratif.blogspot.com)
Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu.
Ia membungkuk dan menggerutu kecewa, "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok."
Meskipun begitu, ia membawa koin itu ke bank. "Sebaiknya, koin ini dibawa ke kolektor uang kuno", kata Teller itu memberi saran. Lelaki itu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai 30 dollar.
Lelaki itu begitu senang. Saat melewati toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga 30 dollar untuk membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan, dia melewati bengkel pembuat meubel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari 100 dollar untuk menukar kayu itu. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu.
Dalam perjalanan dia melewati perumahan. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu dan menawarnya 200 dollar. Lelaki itu ragu-ragu. Si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju.
Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar.
Tiba-tiba seorang perampok datang, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.
Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya, "Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja, kan? Apa yang diambil perampok tadi?"
Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".
--
Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa.
Menderita karena melekat, bahagia karena melepas. Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan, Apa yang sebenarnya kita punya dalam hidup ini? Tidak ada, karena bahkan nafas kita saja bukan kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam selamanya.
Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah. Saat kehilangan sesuatu, kembalilah ingat bahwa sesungguhnya kita tidak punya apa-apa. Jadi "kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan pernah menyakitkan Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an. Ke"aku"an-lah yang membuat kita menderita.
Rumahku, hartaku, istriku, anakku. Lahir tidak membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak membawa apa-apa dan tidak mengajak siapa-siapa pula.
Pada waktunya "let it go", siapapun yang bisa melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat maka dia akan bahagia.
Sumber: Whatsapp
*Silakan buat temen-temen jika ada yang tahu sumber utamanya dari siapa, bisa diinfokan ke @fachriyaqub. Nanti akan diperbaharui sumber atau referensinya.
Subscribe to:
Posts (Atom)