Sunday, 13 July 2014

Perlakukan Bulan Istimewa dengan Istimewa


Tepat hari pertama bulan Ramadhan 1435H, saya menghadiri acara Milad Daarut Tauhiid Jakarta yang ke-15 di Masjid Istiqlal Jakarta. Suasana yang terasa sekali dengan nuansa Islam membuat hati ini terasa merinding terlebih ketika mendengar lantunan shalawat dan gema takbir dan juga momentum menyambut bulan suci Ramadhan hari yang pertama.

Pada acara tersebut, hadir banyak Kiai, 'Ulama, hingga tokoh nasional yang membaur jadi satu dalam acara tersebut salah satunya sang tuan rumah, KH. Abdullah Gymnastiar, Ustadz Bachtiar, dan banyak tokoh lainnya. Dalam kesempatan tersebut, banyak acara yang dilakukan, salah satunya adalah tausyiah singkat yang disajikan oleh Aa Gym. Di sini, saya akan share beberapa point penting yang disampaikan pada saat itu.

Aa Gym menyampaikan, alhamdulillah, umur kita telah disampaikan oleh Allah SWT dengan bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh kemulian, yaitu bulan suci Ramadhan. Oleh karena bulan ini merupakan bulan yang istmewa, kita sebagai hamba Allah juga harus melakukan sesuatunya dengan istimewa. Maksudnya? Ketika kita melakukan suatu kebaikan, lalukanlah dengan cara dan perlakuan yang istimewa. Ada beberapa hal yang saya kutip dari apa yang disampaikan beliau terkait bagaimana kita menyikapi bulan istimewa dan mulia ini dengan perlakuan yang istimewa, yaitu:
  1. Jadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan perlombaan dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Ya, Aa Gym menggambarkan bahwa jika kita melakukan sesuatu dengan berkompetisi atau berlomba, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Sebagai contoh, ketika kita berlari dengan lomba berlari, cepat mana? Ketika kita makan kerupuk dengan lomba makan kerupuk, lebih cepat mana? Pasti akan lebih cepat ketika kita ikut dalam suatu perlombaan. Oleh karenanya, jika sikap ini dapat diterapkan dalam hal ibadah dan muamalah, maka hasilnya akan jauh lebih baik. Aa Gym mencontohkan, jika kita hendak menyumbangkan baju bekas kepada seseorang/komunitas yang membutuhkan, bisa saja, setelah kita pakai langsung diberikan. Namun, alangkah lebih baiknya jika baju tersebut kita cuci terlebih dahulu, kita seterika, kita kasih parfum, dan diberikan plastik agar terlihat rapi, pasti hasilnya akan jauh lebih baik sehingga siapa saja yang akan menerimanya akan merasa lebih senang. Dan, banyak lagi contoh lainnya.
  2. Berbuat amal kebaikan tidak perlu banyak berpikir. Ya, dalam hal berbuat baik, beramal, bersedekah atau dalam bentuk kebaikan lainnya, kita tidak perlu banyak mikir. Langsung saja action! Ya, percayalah bahwa apa yang kita kerjakan pasti dilihat oleh Allah dan pasti akan mendapatkan ganjarannya meskipun hanya sebesar biji dzarrah pun kebaikan yang kita lakukan. Sebagai contoh, misal kita saat ke kamar mandi atau di manapun berada melihat kecoa yang terlentang (Hewan yang akan mati jika posisi terlentang). Yuk, langsung bantu kecoa itu agar bisa berdiri lagi atau membalik badannya lagi. Saat kita berada di jalan dan ada kucing yang kelihatan lapar, kita bisa membelikan makanan untuk diberikan kepada kucing tersebut. Kedua contoh kondisi tersebut merupakan peluang rezeki/amal yang diberikan Allah kepada kita. Kenapa demikian? Karena pasti tidak setiap hari kan kita melihat kecoa telungkup/terlentang? Atau melihat kucing yang sangat lemas karena sangat lapar atau haus. Makanya, bantu! Hal lainnya, bisa dengan memindahkan atau meminggirkan sesuatu apapun yang ada di jalan yang dapat menghalangi pengguna jalan. Meskipun tidak ada seorang pun yang melihat, tapi yakinlah Allah melihatnya.
  3. Bulan momentum putus harapan kepada manusia. Ya, saat kita melakukan kebaikan apapun, niatkanlah setulus mungkin hanya mengharap ridlo Allah SWT. Kalau kita hanya mengharap penghargaan dari sesama makhluk, tidak akan ada artinya. Ketika kita berbuat baik, tapi orang lain menganggap kita salah atau tidak menghargai kita, tidak apa-apa. Toh, niat kita berbuat baik karena mengharap rahmat dan ridlo Allah. Tapi, kalau kita semata-mata hanya mengharap penghargaan dari manusia, maka jika mereka tidak menghargai kita, bisa jadi kita akan marah, jengkel, atau enggan melakukan pekerjaan itu lagi. So, yuk saatnya memutus pengharapan kita kepada manusia, cukup gantungkan semuanya kepada Allah Yang Maha Menciptakan kerajaan langit dan bumi.
  4. 'm remembering things :D *agak lupa point terakhirnya*