Tuesday, 20 May 2014

Aisyah dan Maisyah


Materi ini diambil dari buku “Aisyah & Maisyah: Persiapan Keuangan Menuju Pelaminan” terbitan GIP. (Dishare melalui akun Twitter Mas Ahmad Gozali, Pakar perencanaan keuangan Syar’i)
*dengan bahasa (diksi) yang sedikit disesuaikan oleh @fachriyaqub

***

Aisyah adalah istri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling sering dibahas dalam sejarah. Aisyah adalah icon istri idaman para lelaki bujangan. Sementara, maisyah artinya sumber nafkah, api pembakar tungku di dapur, bensin penggerak mesin rumah tangga, perannya kecil tetapi penting.

Aisyah dan maisyah merupakan dua hal yang menjadi faktor tarik-ulur para pemuda di penghujung masa lajangnya. “Aisyah sih sudah ada, tapi maisyahnya belum siap.” Begitu kilah para pemuda ketika ditanya oleh Ustadznya untuk segera menikah. Maka setelah lulus kuliah, para pemudi sudah pasang signYes, I’m ready!” Tapi sayang, para pemuda masih duduk bimbang di pojok masjid.

Pemuda jomblo: “Cari Aisyah dulu apa maisyah dulu ya... pusing ah.”

Coba perhatikan perbincangan di kalangan jomblo saat menghadiri akad nikah atau resepsi pernikahan, di antara para pemuda dan pemudi berbeda topik bahasannya. Para pemudi colek pengantin, tanya bagaimana perasaannya, kenal di mana, dan sebagainya. Sementara, pemuda colek pengantin dan tanya “Abis biaya berapa lu?”

Di sinilah para pemuda harus diluruskan pemahamannya. Mereka menunda menikah hanya karena alasan belum ada biaya untuk resepsi yang mahal. Wahai para pemuda, ketahuilah bahwa semahal-mahalnya biaya resepsi, masih bisa nego, juga masih bisa patungan. Tapi semurah-murahnya biaya hidup setelah menikah, itu tanggungjawabmu sendiri sebagai suami!

Saya ulangi: “Semahal apapun biaya resepsi, bisa nego dan patungan. Tapi semurah apapun biaya hidup, harus dari kantong sendiri”. Maka benahi prioritasmu, mengusahakan maisyah bukan untuk biaya resepsi, tetapi untuk biaya hidup mandiri sesudah menikah. Jadi kalau nabung abis-abisan buat pesta besar lalu kemudian setelah itu numpang sama mertua, itu namanya TER.. LA.. LU..!! Tunda pernikahan dengan alasan belum punya dana buat resepsi, tapi malah ngabisin duit buat pacaran sana sini, itu namanya TER.. LA.. LU..!!

Tapi bagaimana kalau emang buat biaya hidup saja sepertinya belum cukup? Silakan baca Al-Qur'an surat ke 24 ayat 32 bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman "Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.“ (24:32).

Hanya dengan menikah saja, Allah berikan rezeki.. apalagi kalau setelah menikah menjadi tambah tanggung jawab, tambah semangat berusaha.

Tapi bagaimana kalau calon mertua yang minta pesta pernikahan seperti ini itu? | Statusnya masih camer kan? Kalau gak sanggup, berarti gak jodoh! Simple! Lulus kuliah alasannya belum kerja, sudah kerja alasannya belum karyawan tetap. Sudah diangkat, ada lagi alasan ini itu lainnya.

Nunggu mapan baru nikah? Apa nikah agar menjadi mapan?
Belum punya rumah, belum punya kendaraan, belum punya gaji tinggi. Itu cuma alasan! Yang benar adalah belum punya nyali!

Kalau Anda menunggu mapan agar bisa menarik hati wanita agar mau dinikahi, kira-kira apa ya alasannya dia mau? Istilah Sakinah-Mawaddah-Warahmah: Damai-Cinta-Kasih ini adalah tangga urutan tiada kasih tanpa cinta dan tiada cinta tanpa damai. Sakinah-Mawaddah-Warahmah itu hadir setelah menikah. Sakinah itu artinya damai, tenang, mapan. Artinya mapan baru hadir setelah menikah.

Jadi, mantapkan niat, ubah prioritas keuangan untuk hidup setelah menikah bukan untuk resepsi mewah.



“Maisyah udah ada, tapi Aisyah belum ketemu.” Itu juga alasan. Yang benar adalah belum ketemu nyali untuk mencari Aisyah". Untuk para pemuda, jangan tunggu mapan. Yang penting berpenghasilan dan sanggup bertanggungjawab menafkahi istri. Sementara untuk para pemudi, jangan tunggu pemuda tampan berkuda putih menjemputmu. Siapkan diri juga secara finansial. Siap start dari NOL!

Oke, niat sudah mantap. Aisyah sudah siap, maisyah sedang dijemput.

Pada bahasan selanjutnya akan dibahas mengenai Ta'aruf  & Seleksi (tetap dari kacamata keuangan ya!)

Boleh gak sih pertimbangkan harta dari calon suami/istri? Boleh saja, tapi jangan jadikan sebagai pertimbangan utama ya. Ingat rumus:
Agama = 1
Fisik = 0
Keturunan = 0
Harta = 0, dan
lain-lain nilainya 0 juga.
Coba urutkan kriteria tersebut untuk dapat nilai yang tinggi.

Kalo kriterianya: Ganteng+Baik Hati+Darah Biru+Kaya Raya+Agama OK, maka nilainya 00001. Alias 1 saja. Coba kriterianya diubah, Agamanya OK+Cantik/Ganteng+Pinter+Keturunan Baik-Baik+Kaya Raya, nilainya 10000. Maka, makin banyak 0 makin bagus!
Oke dilanjut, seleksi sudah clear ya.. pakai rumus 1+0+0+0...

Sekarang kita bahas ta'aruf alias “perkenalan”.
Ingat pepatah bilang, “Tak kenal, maka ta’aruf” sehingga ini menjadi tahap yang penting juga lho.

Apa yang perlu dikenal dari calon pasangan? Intinya sih penghasilan, gaya hidup, hutang,... Tapi bagaimana cara tanya yang elegan?

Banyak pemudi yang ragu kalau harus tanya “Emang gajimu berapa?”. Tak sedikit pula pemuda yang tidak mau terbuka kecuali ditanya.

Pertanyaan cewe matre kayak gini: “Mo ngasi makan apa lo berani ngelamar?” | Tapi kalau cewe solehah begini: “Jelaskan, bagaimana caramu membawa makanan halal dalam rumah kita?”

Luruskan niat, tanya penghasilan bukan karena matre. Tapi, minta kepastian bahwa hanya lelaki bertanggungjawab yang boleh menikahimu. Luruskan niat, cerita tentang maisyah bukan karena sombong, melainkan untuk meyakinkan calonmu bahwa hanya harta halal yang akan dibawa pulang ke rumah.

“Malu mau jujur kasih tahu, gajiku kan kecil, nanti ditolak...” Ada yang beralasan begini?
Jika Anda ditolak karena dianggap penghasilannya kecil, berbahagialah karena Anda telah diselamatkan dari bahaya yang sangat besar. Bayangkan seperti apa jadinya rumah tangga yang kelak dibangun jika Anda mengaku berpenghasilan besar agar diterima mertua. Sungguh bahaya yang sangat besar menanti di depan jika kondisinya demikian.

Jangan bandingkan fasilitas calon suami (yang baru beberapa bulan/tahun kerja) dengan fasilitas orang tua di rumah (yang sudah puluhan tahun). Maka wajar kalau harus ngontrak di rumah dalam gang becek, gak ada ojek. Start bersama dari 0 itu lebih nikmat, jadi kenangan sampe tua.

JANGAN NILAI CALONMU DARI PENGHASILANNYA SEKARANG. TAPI NILAILAH IA DARI POTENSINYA DI MASA YANG AKAN DATANG.

Menunda pernikahan karena masalah keuangan akan membuat Anda terjerumus pada masalah keuangan yang lebih besar di masa depan. Masuk usia pensiun, anak masih belum lepas nafkah, melahirkan anak di usia lebih dari 35 tahun berisiko tinggi, dan asuransi menjadi lebih mahal serta kondisi atau permasalahan lainnya yang mungkin muncul.

So, ayo para pemuda dan pemudi mulai sekarang atur ulang prioritasmu dan niatkan semua yang akan dijalani ini semata-mata untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.