[Based on True Story]
Nasehat Simbah tentang Sebuah Perjalanan
Jember, Oktober 2013
Siang itu, Mas mengajakku berkunjung ke rumah Adik Mbah Uti. "Kita ke rumah Mbah Sis, ya Sayang.." Spontan, feeling excited. Mbah Sis adalah sosok simbah yang murah senyum, santun, dan sederhana. Ini akan menjadi pertemuan yang ketiga kalinya antara saya dengan beliau. Dua pertemuan sebelumnya saat walimah di Wonosobo dan Jember. Di moment itu, beliau memberikan banyak ilmu dan nasihat. Hingga saat ini, kata-kata beliau masih saya pegang dalam menjalani peran sebagai istri yang [selalu berusaha] shalihah. Kali ini pun saya yakin, Mbah akan kembali membekali kami dengan segudang ilmu lainnya.
Dan ternyata benar! Di rumah mungil itu, kami tidak hanya disuguhi dengan lezatnya empal, tetapi juga disuguhi cerita yang begitu sarat makna.
"Nak Zain, Vika.. Menikah itu ibarat berlayar menuju ke sebuah pulau. Sebelum menikah, kalian hanya bermain-main di pantai. Kalian tidak berhak menaiki kapal meskipun ia ada di hadapan kalian. Setelah janji suci terucap, langit bergetar, dan barulah Allah mengizinkan kalian menaiki kapal itu."
Beliau menghentikan kata-katanya, lalu menatapku.
"Nak, di kapal ini, suami adalah Nahkodamu. Dan kau, istri, adalah penumpang yang harus setia menemani sang Nahkoda."
Beliau berganti menatap kami berdua dan melanjutkan kata-katanya.
"Di awal perjalanan kalian hanya akan menerjang ombak-ombak kecil. Tidak sulit untuk lolos dari ombak-ombak itu. Akan tetapi, semakin kalian jauh dari pantai, maka akan semakin besar pula ombak yang harus kalian terjang. Bahkan badai pun siap menghajar kapal kalian!" Di sinilah kelihaian nahkoda diuji. Seberapa handal ia menyelamatkan keluarganya dari terjangan ombak dan badai yang tak jarang memporak-porandakan kapal. Di tengah hantaman itu, nahkoda harus mendapatkan dukungan penuh dari penumpangnya. Jangan jadi penumpang yang bawel, banyak protes! Tenang, sabar, dan qanaah.."
"Nak Zain, Vika. Untuk menghadapi masa-masa sulit itu, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dengan Shalat dan Al-Qur'an. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan, 'Hiasilah rumah-rumah kalian dengan Shalat dan bacaan Al-Qur'an.' Jangan tinggalkan shalat! Jangan tinggalkan Al-Qur'an! InsyaAllah sebesar apapun ujiannya, rumah tangga kalian akan selamat."
Cerita sederhana ini menghanyutkan kami. Seolah saat ini, kami sudah berada di atas kapal, mulai berlayar, dan semakin menjauh dari garis pantai. Entah sebesar apa ombak di depan sana. Entah seberapa kencang badai yang akan menerjang dan seberapa lama kami akan terus berada di atas kapal ini. Semua itu masih menjadi rahasia Illahi yang hanya akan terbuka saat 'masa' itu tiba. Kami berdiri menatap lautan luas, ketenangan ini hanya sementara, ujian pasti akan datang, dan syaitan siap memporak-porandakan kita. Tangan kami bergenggam erat, menyatukan tujuan dan harap. Jika ketenangan ini hanya sementara, maka ombak dan badai pun bukan sesuatu yang abadi!
Sambil meraih pundakku ia bertanya, "Kau siap, Sayang?"
Ku raih tangannya dan ku jawab,"InsyaAllah, Mas."
---
Terimakasih, Mbah. InsyaAllah akan selalu kami ingat pesan-pesan ini dan emoga juga bermanfaat bagi semuanya!
Sumber: Notes Facebook Vika Budi R (dengan bahasa yang disesuaikan)