Thursday, 3 April 2014

Tiga Jam sebelum Kecelakaan Pesawat Lion Air di Bandara Ngurah Rai

[Based on true story]
3 Jam sebelum Kecelakaan Pesawat Lion Air di Bandara Ngurah Rai, Denpasar

April 13, 2013 at 6:58pm

Sabtu, 13 April 2013. Singkatnya, setelah saya mudik ke Banyuwangi via penerbangan Jakarta-Denpasar, pada hari ini saya kembali ke Jakarta via Bandara Internasional Ngurah Rai dengan penerbangan Air Asia QZ7523 tepat pukul 12.35 WITA. Pada saat perjalanan menuju bandara, tidak seperti biasanya terdapat beberapa hal yang mengganjal di hati dengan perasaan kurang enak. Namun, tidak dapat dipastikan perasaan apa itu. Mulai memasuki halaman parkir bandara, ruang check in, boarding pass hingga menunggu di gate 15 (tempat pesawat Air Asia take off) perasaan tidak enak tersebut terus menyelimuti.

Dan pada saat menuju pesawatpun menggunakan feeder yang disediakan Air Asia, masih saja ada yang mengganjal dalam pikirian. Namun, saya anggap ini seperti penerbangan-penerbangan saya sebelumnya dan insyaAllah tidak terjadi apa-apa. Selama perjalanan naik ke dalam pesawat, saya terus berdoa berulang kali. Semoga perjalanan pulang ke Jakarta diberikan keselamatan, baik pada saat take off, di udara, dan saat landing.

Tepat pukul 12.35 pesawatpun lepas landas tanpa antrian yang panjang (karena mungkin hari ini masih hari Sabtu yang biasanya penerbangan padat ke Jakarta pada esok hari, Minggu). Menit demi menit menjelang lepas landas saya terus berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Dan, pada penerbangan kali ini ada hal yang tidak biasa. Biasanya, sejak lepas landas hingga menuju pesawat dengan keadaan tenang, hanya butuh beberapa menit saja untuk melewati peralihan dari troposfer ke stratosfer. Pada lapisan ini angin yang sangat kencang terjadi dengan pola aliran tertentu. Lapisan ini yang merupakan tempat terbangnya pesawat.

Namun, pada penerbangan sore tadi, peralihan dari troposfer ke stratosfer sangat lama dan sempat awak kabin/pilot menginformasikan untuk tetap tenang. Pesawat sesekali sedikit bergetar dan sayap pesawat pun juga bergerak karena kencangnya angin yang ada (kebetulan saya duduk di kursi nomor 25 sebelah sayap pesawat). Pada kondisi yang tidak biasanya, saya terus berdoa semoga cepat masuk pada lapisan stratosfer ini. Perkiraan saya, penerbangan kali ini untuk masuk pada lapisan tersebut 10-15 menit lebih lama dari biasanya.

Dan, alhamdulillah, kami pun berhasil memasuki lapisan ini dan akhirnya lampu isyarat sabuk pengaman dipadamkan, yang itu artinya penumpang dapat melakukan aktivitas normal di dalam pesawat.

Akhirnya, 1 jam 40 menit pun berlalu dan sampailah pesawat ini ke landasan Soekarno-Hatta. Kembali sebelum landing, saya berdoa semoga diberikan keselamatan saat mendarat, "Bismillahi tawakkaltu alallah laa haula walaaquwwataillabillahil 'aliyyil adzim". Doa tersebut yang saya ulang-ulang dalam hati dan sesekali saya ucapkan melalui lisan.

Alhamdulillah, pesawat berhasil mendarat dengan cukup lancar.

Pada saat di pesawat, saya berpikiran, "Ya Allah, banyak saya lihat selama ini ada kecelakaan pesawat, pesawat tergelincir, pesawat menabrak gunung, dan sebagainya. Semoga saya dihindarkan dari yang demikian".

Setelah saya sampai di kosan sore tadi, via berita televisi di Bandara Ngurah Rai, terjadi kecelakaan pesawat Lion Air tepat 3 jam waktu WITA setelah saya meninggalkan bandara tersebut.

Ternyata, firasat, perasaan dalam hati yang tidak biasanya, dan sulitnya pesawat untuk terbang melewati lapisan troposfer tersebut, terjadi kecelakaan pesawat di tempat yang sebelumnya telah dilalui hanya beberapa jam setelahnya.

Hal penting yang ingin saya share di sini, bahwa kita hidup di dunia ini sudah ada yang mengaturnya. Kita sebagai manusia hanya mampu berusaha seoptimal mungkin untuk tidak membuat kesalahan yang akhirnya menyebabkan celaka. Kita sebagai manusia WAJIB berdoa dan berlindung kepada Allah agar selama di perjalanan saat kita mengendarai apapun (motor, mobil, bus, pesawat, dan jalan kaki sekalipun) diberikan keselamatan dari Allah. Karena sesungguhnya Dzat Yang Maha Menjaga dan Melindungi itu adalah Allah.

Ketika kita sudah berusaha dengan baik, berdoa dengan sepenuh hati dan menyerahkan semuanya kepada Allah, namun akhirnya tetap terjadi kecelakaan, itulah takdir Allah yang sempurna. Dan, kalaupun ajal kita terjadi dengan cara kecelakaan, insyaAllah kita siap meninggal dalam keadaan beriman kepada Allah melalui perjalanan kita. Yang pasti, jangan sampai lupa berdoa kepada Allah saat akan meninggalkan rumah, selama perjalanan, setibanya di kota tujuan, dan hingga kembali ke rumah.

Allahualam bisshowab..

(Bangkai pesawat yang tergelincir di Bandara Ngurah Rai, Bali)